
Tak Ada Kabar Baik Dari Powell, Awas Gonjang-Ganjing Jilid II

Wall Street yang ditutup mayoritas menguat pada perdagangan kemarin tentunya membuka peluang penguatan IHSG pada hari ini.Sentimen pasar utama masih diselimuti oleh implikasi atas pengumuman sejumlah data ekonomi.
Suku bunga The Fed masih mewarnai pergerakan bursa saham Tanah Air pekan ini. Apalagi imbas pidato Powell yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga lebih lanjut membuat kegalauan pasar keuangan semakin nyata.
Pasar juga terpecah antara menginginkan The Fed menurunkan inflasi, kendati demikian rasa khawatir juga muncul penurunan bakal berlebihan sehingga menyebabkan tekanan ekonomi yang terus berlanjut.
The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya 8 kali selama setahun terakhir, yang terbaru adalah kenaikan seperempat poin persentase awal bulan lalu yang membawa suku bunga pinjaman semalam ke kisaran target 4,5%-4,75%.
Sementara itu, pasca kesaksian Senat di depan Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu (8/3/2023), Powell memperingatkan anggota parlemen bahwa tingkat terminal bank sentral kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya karena data ekonomi yang sangat tinggi.
Artinya ketika data ekonomi yang lebih kuat, maka "tingkat akhir suku bunga kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diperkirakan sebelumnya."
Goldman Sachs menaikkan perkiraan kisaran target suku bunga The Fed menjadi 5,5-5,75% sehubungan dengan kesaksian Powell serta sejalan dengan perkiraan pasar saat ini menurut data CME Group.
Pertemuan kebijakan moneter Komite Pasar Terbuka Federal berikutnya pada 21 dan 22 Maret akan sangat penting untuk pasar saham global, dengan investor mengamati dengan cermat apakah pembuat kebijakan memilih kenaikan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin.
Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Rabu (8/3/2023), lowongan pekerjaan mencatatkan penurunan tipis pada bulan Januari tetapi masih jauh melebihi jumlah pekerja yang tersedia karena gambaran tenaga kerja tetap ketat.
Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja, atau JOLTS, menunjukkan ada 10,824 juta lowongan pada Januari. Angka ini tercatat turun sekitar 410.000 dari Desember atau setara dengan 1,9 lowongan pekerjaan per pekerja yang tersedia dengan selisih 5,13 juta.
Meski mengalami penurunan, jumlah tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan FactSet sebesar 10,58 juta. Angka bulan Desember juga direvisi naik lebih dari 200.000.
Pejabat Federal Reserve mengamati laporan JOLTS dengan cermat saat mereka merumuskan kebijakan moneter.
Dalam sambutannya di Capitol Hill minggu ini, Ketua Fed Jerome Powell menyebut pasar pekerjaan "sangat ketat" dan memperingatkan bahwa serentetan data baru-baru ini menunjukkan tekanan inflasi yang bangkit kembali dapat mendorong kenaikan suku bunga lebih tinggi dari yang diharapkan.
Powell mengatakan kepada Komite Perbankan Senat pada hari Rabu (8/3/2023) bahwa laporan JOLTS adalah salah satu poin data penting yang akan dia periksa sebelum membuat keputusan tentang suku bunga pada pertemuan kebijakan 21-22 Maret.
Sebelumnya pada Rabu (8/3/2023), perusahaan penggajian ADP juga melaporkan bahwa perusahaan menambahkan 244.000 pekerja untuk Februari. Artinya, perekrutan masih tangguh meskipun kenaikan suku bunga Fed yang ditujukan untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mendinginkan pasar tenaga kerja.
Terakhir, pasar akan mendapatkan pandangan yang lebih komprehensif tentang gambaran pekerjaan ketika Departemen Tenaga Kerja merilis laporan nonfarm payrolls pada hari Jumat mendatang.
Berdasarkan perkiraan ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memprediksi bahwa gaji bakal meningkat sebesar 225.000 dan tingkat pengangguran bertahan di 3,4%.
Dari dalam negeri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Februari 2023 atau sebulan menjelang Ramadan justru menurun. Sikap pesimis masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ke depan dikhawatirkan akan berdampak kepada tingkat belanja masyarakat selama Ramadan.
Bank Indonesia (BI) mencatat IKK pada Februari 2023 ada di angka 122,4 atau turun dibandingkan pada Januari yang tercatat 123,0.
Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) masih naik tipis menjadi 112,4 pada Februari 2023 dari 112,1 pada bulan sebelumnya.Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) ambruk dari 133,9 pada Januari 2023 menjadi 132,5 pada Februari.
Ekspektasi mereka dalam melihat kondisi ekonomi saat ini juga turun jauh dari 139,3 pada Januari 2023 menjadi 233,9 pada Februari 2023. Mereka juga sangat pesimis dalam melihat ketersediaan lapangan kerja, penghasilan, dan kegiatan usaha dalam enam bulan ke depan.
Indeks ekspektasi kegiatan usaha dalam enam bulan ke depan anjlok dari 143,6 pada Januari 2023 menjadi 129,3 pada Februari 2023.
Kendati demikian, menurut analis William surya wijaya, CEO at PT YUGEN Bertumbuh Sekuritas dari data perekonomian mengenai tingkat kepercayaan konsumen yang terlansir dalam kondisi membaik dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menopang pola gerak IHSG.
Hal ini tentunya mengingat mobilitas masyarakat yang berangsur mulai normal dapat kembali memberikan gairah terhadap kinerja emiten yang dapat kembali mendapatkan kinerja yang baik, hari ini IHSG berpeluang menguat.
(aum/aum)