Sectoral Insight

PDB RI Tumbuh Impresif, Sektor Ini Bisa Beri Cuan Jumbo?

Research - Susi Setiawati, CNBC Indonesia
07 February 2023 16:50
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Indonesia tumbuh impresif di tahun 2022. Hal ini dibuktikan berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik bahwa pertumbuhan ekonomi tahun 2022 tumbuh 5,31% dibandingkan 2021 (c-to-c).

Dalam data distribusi dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) menurut pengeluaran tahun 2022, bahwa Ekspor masih mendominasi kenaikannya di 16,28%.

pdb

Disusul dengan impor 14,75%, Konsumsi LNPRT (Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga)5,64%, Konsumsi Rumah Tangga 4,93%, PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) 3,87% dan yang turun adalah Konsumsi Pemerintah sebesar 4,51%.

Komponen Ekspor-Impor mengalami pertumbuhan tinggi. Ekspor didorong oleh windfall komoditas unggulan. Sementara peningkatan Impor didorong kenaikan impor barang modal dan bahan baku.

Ekspor tumbuh impresif, walaupun mengalami pelemahan. Windfall ekspor masih berlanjut namun cenderung melemah akibat harga beberapa komoditas unggulan mengalami penurunan, terutama minyak kelapa sawit walaupun nilai dan volume ekspor mengalami peningkatan.

Selain itu juga didukung dari segi pariwisata, dimana jumlah kunjungan wisatawan mancanegara melonjak signifikan seiring dengan kebijakan kemudahan keimigrasian khusus wisata sehingga mendorong pertumbuhan ekspor jasa.

Dengan pertumbuhan ekspor sebesar 16,28%, komponen ekspor barang dan jasa menyumbang sumber pertumbuhan (source of growth/SoG) sebesar 3,60%. Jika dirinci lebih dalam, ekspor barang menyumbang 3,04% sedangkan ekspor jasa menyumbang 0,56%.

Ekspor barang tumbuh sebesar 14,41% terutama didorong oleh ekspor nonmigas yang tumbuh sebesar 16,28 persen.

Ekspor jasa tumbuh sebesar 56,06%, seiring dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang masuk melalui bandara internasional (naik 2.301,62 persen).

Untuk konsumsi rumah tangga dan PMTB (investasi fisik) masih merupakan penyumbang utama PDB pada tahun 2022, dengan akumulasi kontribusi sebesar 80,95 persen.

Pada konsumsi rumah tangga, pulihnya mobilitas mendorong aktivitas dunia usaha dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Hal tersebut juga ditunjukkan oleh kenaikan PPh Pasal 21 sebesar 18,36 persen.

Selain itu, membaiknya pendapatan masyarakat mendorong penguatan seluruh kelompok konsumsi, utamanya pada kelompok konsumsi transportasi dan komunikasi serta restoran dan hotel.

Pada PMTB, pertumbuhan PMTB dipengaruhi oleh seluruh jenis barang modal, terutama jenis mesin dan kendaraan. Pertumbuhan modal pemerintah meningkat dibanding tahun 2021, baik pemerintah pusat maupun daerah, utamanya untuk jenis mesin dan peralatan serta jalan, irigasi dan jaringan.

Lalu sektor apa yang menarik?

Kenaikan ekspor mencapai 16,28% terutama didukung olek sektor komoditas. Hal ini masih menjadi perhatian bahwa sektor komoditas masih menarik untuk menjadi perhatian.

Untuk saat ini beberapa komoditas sedang mengalami penurunan. Salah satu penyebabnya adalah turunnya permintaan pada komoditas terutama pada batu bara, minyak mentah dan gas. Dimana pada penutupan perdagangan 06/02/2023 coal berada di USD252 turun dari area USD400, minyak mentah Brent berjangka berada di USD81,40 turun dari area USD120, minyak WTI Berjangka USD74,39 turun dari area USD120, dan gas sudah cukup signifikan berada di USD 2,49 turun dari area USD 9.

Bank sentral sedang melakukan tugasnya yaitu pivot. Kenaikan komoditas yang cukup luar biasa di tahun 2022, harus di riset ulang agar inflasi tidak terus naik karena kenaikan harga komoditas.

Ketika harga komoditas sudah turun dan permintaan mulai naik karena perekonomian China sudah mulai pulih bahkan membaik. Diketahui China salah satu importir besar batu bara. Hal ini akan mendorong permintaan komoditas dan akan membuat harga komoditas naik kembali. Namun tentunya tidak butuh waktu yang singkat.

China baru saja membuka perekonomian kembali setelah menetapkan kebijakan nol Covid-19 dan usai libur panjang imlek.

Untuk kuartal IV 2022, ekonomi China tercatat tumbuh 2,9% secara tahunan (yoy). Hal ini menjadi kabar baik untuk prospek perekonomian di periode selanjutnya.

Komoditas masih menjadi kebutuhan utama untuk kebutuhan industri maupun non industri. Hal ini tentunya masih menjadi kabar baik untuk sektor komoditas batu bara, minyak mentah dan gas.

Sektor apalagi?

Selanjutnya sektor konsumer, sektor ini bisa menjadi perhatian. Dimana konsumsi rumah tangga tumbuh 4,93% pada triwulan empat 2022.

Emiten

Kenaikan Saham 3 Bulan Terakhir

UNVR

5.63%

ICBP

5.64%

GGRM

7.39%

ULTJ

11.81%

AMRT

10.15%

ADES

5.19%

Jika dilihat, sentimen pasar terhadap emiten-emiten yang ada di sektor konsumer sudah nampak terlihat pada pergerakan harga saham 3 bulan terakhir. Dimana juga rata-rata emiten-emiten di sektor konsumen mengalami kenaikan kinerja pada kuartal III/2022.

PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) mencetak kenaikan laba bersih kuartal III/2022 sebesar 5,31% menjadi Rp4,61 triliun.

Laba Alfamart (AMRT) Kuartal III/2022 Tumbuh 58% PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) memcatatkan laba bersih sebesar Rp1,75 triliun dan tumbuh 58,19%sepanjang Kuartal III/2022.

Begitu juga untuk minuman segar Pure Life per kuartal III-2022, ADES tercatat memperoleh laba usaha sebesar Rp297,33 miliar, meningkat dibandingkan periode yang sama setahun senilai Rp175,46 miliar.

Ada juga beberapa emiten-emiten konsumer yang mengalami penurunan kinerja pada kuartal III/2022. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) mencatatkan penurunan laba bersi 33,41% menjadi Rp3,31 triliun sepanjang kuartal III/2022.

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) juga mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan hingga September 2022. Laba bersih emiten rokok ini susut 63,92% secara tahunan menjadi Rp 1,49 triliun.

Produsen susu Ultra Milk, PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. (ULTJ) juga mencatatkan laba bersih Rp834,69 miliar, turun 8,31% per kuartal III/2022.

Jika melihat dari pertumbuhan PDB konsumsi rumah tangga pada kuartal IV/2022. Emiten-emiten konsumer yang mengalami penurunan kinerja pada kuartal III/2022 akan membuat para investor optimis bahwa ini akan berpengaruh pada kenaikan kinerja pada laporan keuangan kuartal IV/2022 dan juga untuk tahun 2023.

Dimana diketahui bahwa pertumbuhan kredit pada 2022 diprakirakan tumbuh sekitar 8,5%. Hal ini juga didorong atas besarnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap suatu kebutuhan.

Hal ini akan mendorong permintaan dan konsumsi pada produk-produk pangan sehingga dapat mendorong penjualan produk-produk di emiten konsumer.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/pap)

[Gambas:Video CNBC]