
Utang RI Tembus Rp 7.734 T di Akhir 2022, Porsi Asing Secuil

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat porsi utang pemerintah dalam bentuk valuta asing atau valas terus menyusut sejak 2015 hingga 2022.
Direktur Jenderal PPR Suminto mengatakan, dari total utang pemerintah per Desember 2022 yang mencapai Rp 7.733,9 triliun, utang dalam bentuk valas porsinya hanya sebesar 29% sedangkan mayoritas dalam bentuk utang rupiah 71%.
Posisi ini kata dia terbalik jauh dari saat kondisi pada periode 2011-2015 yang di kisaran 45,1% sampai dengan 44,5%. Sedangkan sejak 2015 porsi utang dalam bentuk valas terus menyusut dari posisi 44,5% menjadi 41% pada 2018.
"Dari sisi utang valas dari waktu ke waktu terus mengalami penurunan. Kalau pada 2011, 2012, 2013 utang valas pada kisaran 44-46%, pada 2022 utang valas turun jadi 29%," ucap Suminto di Komisi XI, Selasa (7/2/2023).
Ia juga menekankan, dalam bentuk mata uang valas, mayoritas berupa dolar Amerika Serikat sebanyak 20%, euro 5%, dan yen Jepang 4%. Sisanya dalam bentuk rupiah sebesar 71% dari total utang yang terakhir tercatat pada Desember 2022.
"Utang valas turun menjadi 29% sehingga kebanyakan dalam bentuk rupiah yang mencapai 71%, dan 29% valas dalam bentu US dolar itu 20%, euro 5%, Japanese yen 4% dan di bawah 1 p dalam valas lain," ucap Suminto.
Kementerian Keuangan mencatat posisi utang pemerintah sampai dengan akhir Desember 2022 mencapai Rp 7.733,99 triliun dengan rasio utang terhadap PDB sebesar 39,57%.
Menurut kaleidoskop buku APBN KITA 2022, terdapat peningkatan dalam jumlah nominal dan rasio utang jika dibandingkan dengan bulan November 2022. Namun jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, Desember 2021, rasio utang terhadap PDB menurun dari sebelumnya 40,74 persen menjadi 39,57 persen.
Dari total utang Rp 7.733,99 triliun, rinciannya Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp 6.846,89 triliun dan pinjaman Rp 887,10 triliun
Berdasarkan jenisnya, utang Pemerintah didominasi oleh instrumen SBN yang mencapai 88,53 persen dari seluruh komposisi utang akhir Desember 2022.
Sementara berdasarkan mata uang, utang pemerintah didominasi oleh mata uang domestik (Rupiah), yaitu 70,75 persen.
Sementara itu, kepemilikan SBN saat ini didominasi oleh perbankan dan diikuti BI, sedangkan kepemilikan investor asing terus menurun sejak tahun 2019 yang mencapai 38,57 persen, hingga akhir tahun 2021 tercatat 19,05 persen, dan per akhir Desember 2022 mencapai 14,36 persen.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awal Tahun, Pemerintah Tarik Utang Baru Rp107,6 T