
Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat, Awal Pekan Bakal Berat!

Bursa saham AS (Wall Street) menguat pasca pengumuman kebijakan moneter The Fed, tetapi semua berbalik pada perdagangan Jumat (3/2/2023).
Indeks Dow Jones tercatat melemah 0,38%, kemudian S&P 500 lebih dari 1%, dan Nasdaq paling parah 1,6%.
Jebloknya Wall Street terjadi setelah rilis data tenaga kerja.
Secara mengejutkan perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang.
Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Pasar tenaga kerja yang kuat, begitu juga dengan rata-rata upah berisiko membuat inflasi semakin sulit turun ke target bank sentral AS (The Fed) sebesar 2%. Artinya ada risiko The Fed kembali akan agresif menaikkan suku bunga, dan suku bunga tinggi ditahan lebih lama lagi.
Analis dari JPMorgan, Mike Bell, sudah memberikan prediksi tersebut. Jika The Fed bertindak di luar eksepektasi pasar, maka Wall Street dan obligasi AS (Treasury) akan rontok.
Untuk diketahui, pasar saat ini memprediksi puncak suku bunga The Fed berada di kisaran 4,75% - 5%, artinya akan ada kenaikan satu kali lagi sebesar 25 basis poin pada bulan Maret. Berdasarkan data dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat suku bunga 4,75% - 5% akan dipertahkan sebelum dipangkas pada akhir 2023.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
(pap/pap)