CNBC Indonesia Research
Beda Nasib Bawang Putih & Merah: Keduanya Butuh Perhatian!

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas hortikultura merupakan komoditas ekspor yang potensial bagi negara berkembang dalam perdagangan Internasional. Selain Indonesia, Thailand merupakan salah satu negara berkembang sebagai penghasil hortikultura dan berhasil dalam mengembangkan agribisnis sayur-sayuran.
Di Indonesia sendiri, komoditas pertanian bawang merah dan bawang putih merupakan tanaman hortikultura yang menjadi dua rempah penting masyarakat Indonesia. Dengan perannya yang begitu penting, maka ketersediaan stok bawang putih dan bawang merah menjadi persoalan yang harus diperhatikan.
Faktor yang sering menjadi perhatian dua tamanan hortikultira ini tentunya ketersediaan lahan, kualitas dan kuantitas panen. Namun sayangnya, kedua komoditas ini nyatanya berbeda di Indonesia.
Data menunjukan bahwa produk bawang putih dalam negeri masih memprihatinkan. Dari sisi produksi saja bawang putih dan bawang merah cenderung mengalami perbedaan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2021 produksi bawang putih hanya berkisar 45,09 ribu ton, sementara keadaan berbanding terbalik dengan produksi bawang merah yang notabene sama-sama komoditas hortikultura.
Produksi bawang merah nasional memiliki kecenderungan meningkat pada tiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2021 merupakan puncak produksi bawang merah tertinggi yaitu sebesar 2 juta ton.
Produksi tersebut berada jauh di atas kebutuhan nasional, sehingga negara gencar untuk melakukan ekspor bawang merah. Keadaan produksi bawang merah memang berada jauh di atas bawang putih.
Berdasarkan data tersebut produksi bawang merah cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kita lihat saja sejak 2017 hingga 2021 produksi komoditas ini terus mengalami kenaikan.
Produksi tersebut berada jauh di atas kebutuhan nasional, sehingga negara gencar untuk melakukan ekspor bawang merah. Keadaan produksi bawang merah memang berada jauh di atas bawang putih.
Produksi Bawang Putih Yang Belum Memadai
Hingga kini, pemenuhan kebutuhan bawang putih masih dipenuhi dengan impor yang cukup besar. Memang ada beberapa hal yang menyebabkan Indonesia melakukan impor salah satu yang terpenting bahwa bawang putih sulit untuk di produksi di Tanah Air karena kondisi iklim yang tak cocok.
Terbukti, selama ini produksi bawang putih dari tahun ke tahun masih terbilang rendah.
Sejak tahun 2012 hingga 2017 total produksi bawang putih berkisar antara 15 hingga 21 ribu ton. Di mana total produksi bawang putih sempat berada di 15,76 ribu ton pada tahun 2013 sekaligus mencatatkan posisi terendahnya dalam 10 tahun terakhir.
Namun tahun 2018 produksi bawang putih mengalami peningkatan 101,44% menjadi 39,3 ribu ton. Tak sampai disini, ternyata di tahun berikutnya produksi bawang putih meningkat hingga 125% menjadi 88,81 ribu ton.
Namun, sejak tahun 2020 hingga 2021 produksi bawang putih dalam negeri kembali mengalami penurunan. Masing masing 7,89% dan melanjutkan penurunan di 2021 mencapai 44,88%.
Berapapun 10 tahun ke belakang, setinggi apapun produksi dalam negeri tetap tak bisa memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat Indonesia.
Bawang putih di Indonesia 95% didominasi oleh bawang putih impor dan lima persen dipenuhi dari produksi dalam negeri. Konsumsi bawang putih di Indonesia terus meningkat mengikuti laju pertumbuhan penduduk dan pendapatan. Kesenjangan inilah yang menyebabkan pemerintah melakukan impor bawang putih.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian (Kementan), kebutuhan konsumsi bawang putih nasional pada tahun 2020 sebesar 560 ribu ton. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi tersebut pemerintah melakukan impor sebanyak 461 ribu ton. Impor bawang putih Indonesia berasal negara Cina, India, Taiwan dan Amerika Serikat.
Selain karena pandemi Covid-19, turunnya produksi bawang putih nasional disebabkan oleh menurunnya minat petani untuk menanam bawang putih karena masuknya bawang putih impor dalam jumlah besar dan tingkat harga yang lebih rendah sehingga produk bawang putih lokal kalah bersaing.
Harga bawang putih impor yang lebih rendah disebabkan karena produktivitas bawang putih di China lebih tinggi yaitu sebesar 25,3 ton per hektar, sementara produktivitas bawang putih local hanya sebesar 8,7 ton per hektar. sehingga biaya produksi per kg bawang putih di China menjadi lebih murah.
Selain faktor harga, pemerintah di Cina juga menerapkan kebijakan dumping untuk komoditi ekspornya termasuk komoditi bawang putih dengan harga di bawah biaya produksinya. Alasan lain konsumen di Indonesia lebih menyukai bawang putih impor karena ukuran umbinya yang lebih besar.
Keduanya Sama-sama Butuh Perhatian
Pemerintah harus menerapkan strategi untuk menekan inflasi terhadap 2 komoditas hortikultura ini salah satunya melakukan upaya peningkatan kapasitas produksi, utamanya komoditas-komoditas yang berafiliasi impor.
Produksi bawang putih nasional yang mengkhawatrikan tersebut pastinya tidak lepas dari ketersediaan luas panen yang ada. Kalau mengacu pada data, pada tahun 2014-2017 luas panen bawang putih masih terbilang rendah yaitu berkisar 1900-2000 hektar,
Sedangkan pada tahun 2018 luas panen meningkat secara drastis mencapai angka 5013 hektar dan terus meningkat di tahun 2021 mencapai 6.868 hektar. Setidaknya, penambahan luas lahan efektif untuk meningkatkan produksi bawang putih nasional.
Tak hanya berfokus pada bawang putih, bawang merah-pun perlu dipertahankan luas lahan produksinya.
Selanjutnya, baik komoditas bawang putih dan bawang merah yang perlu menjadi perhatian adalah tidak semua wilayah di Indonesia ini dapat memproduksi bawang merah maupun bawang putih.
Artinya, wilayah sentra utama harus lebih digencarkan dan turut menjadi perhatian mengingat potensi lahan yang sangat besar di Jawa juga tak jarang produktivitasnya masih lemah.
Kondisi petani harusnya tak luput dari perhatian pemerintah, mengingat tingginya biaya produksi bawang merah maupun bawang putih juga tinggi, maka pelatihan dan pendampingan harus selalu dilakukan agar petani setidaknya dapat meminimalisir yang namanya gagal panen.
Terakhir, khusus untuk komoditas bawang putih Tim Riset CNBC melakukan pendalaman minat kepada salah satu petani bawang putih salah satu Desa di Magelang, di lokasi tersebut merupakan salah satu desa sentra bawang putih. Namun, Ia mengungkapkan bahwa minat masyarakat untuk menanam bawang putih menurun.
Bahkan petani di sana lebih ingin beralih komoditas. Alasannya karena tingkat keberhasilan bawang putih sangat rendah.
"Sekarang lebih banyak yang tanam bawang merah soalnya tingkat keberhasilannya lebih tinggi daripada bawang putih. Ditambah lagi harganya murah, modalnya besar" Ungkap Tadin, yang dikutip Kamis (2/2/2023).
Ungkapan salah satu petani ini bisa menjadi gambaran kenapa produksi kita masih rendah, serta menjadi renungan bersama bagaimana caranya pemerintah bisa memberikan program pendampingan yang tepat kepada petani.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)[Gambas:Video CNBC]