Newsletter

Suku Bunga Tinggi Sudah Tak Mengerikan Lagi, Tapi...

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
03 February 2023 06:25
Tenaga kerja AS
Foto: REUTERS/Gary Cameron

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali cerah kemarin.

Saham-saham teknologi di AS akhirnya kembali bergeliat dan membantu indeks S&P 500 dan Nasdaq kembali bergairah setelah sempat merana nyaris sepanjang tahun 2022.

Adapun sektor teknologi informasi di S&P 500 naik lebih dari 14% pada awal tahun ini, setelah penurunan lebih dari 28% tahun lalu.

Bergairahnya kembali sektor teknologi bukanlah tanpa sebab. Hal ini karena optimisme investor akan potensi terus melambatnya laju kenaikan suku bunga acuan The Fed.

Sebagaimana diketahui, The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% - 4,75%, sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.

Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.

Meski kenaikannya cenderung terus mengecil, tetapi The Fed tidak memberikan indikasi jeda yang akan datang dalam kenaikan suku bunga. Apalagi, data tenaga kerja di AS masih cenderung kuat.

Saat ini, investor sedang menanti laporan pekerjaan utama yakni data penggajian non-pertanian (NFP) dan tingkat pengangguran yang akan dirilis pada malam hari ini waktu Indonesia dan akan memberikan wawasan lebih lanjut tentang pasar tenaga kerja di AS.

Data NFP dan tingkat pengangguran akan dipantau ketat oleh pelaku pasar dan tentunya The Fed untuk menjadi acuan penetapan kebijakan moneter selanjutnya. Suku bunga tinggi saat ini sudah ditakar oleh pelaku pasar, hal ini membuat bursa saham langsung melesat ketika kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed lebih rendah dari prediksi sebelumnya. Tetapi, pasar saham bisa kembali rontok jika The Fed terus menaikkan suku bunga, khususnya ketika perekonomian AS kuat dan mampu menghindari resesi, ditambah dengan kenaikan upah yang cukup tinggi, sebagaimana diungkapkan analis dari JP Morgan.

Sementara itu dari Eropa, dua bank sentral yakni bank sentral Eropa (Europe Central Bank/ECB) dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) kemarin juga mengumumkan kebijakan suku bunga terbarunya.

ECB kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) menjadi 3% pada pertemuan Kamis kemarin.

Kenaikan suku bunga yang sesuai ekspektasi pasar tersebut membuat biaya pinjaman berada pada level tertinggi sejak 2008.

Bank sentral juga berjanji untuk memberikan kenaikan suku bunga sebesar 50 bp lagi pada pertemuan kebijakan moneter berikutnya di Maret.

ECB juga telah menegaskan kembali akan tetap agresif menaikkan suku bunga secara signifikan dengan kecepatan tetap dan mempertahankannya pada tingkat yang cukup ketat untuk memastikan pengembalian inflasi tepat waktu ke target jangka menengah sebesar 2%.

Adapun, inflasi Uni Eropa pada Januari 2023 tercatat sebesar 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), sekaligus menjadi yang ketiga kali secara berturut-turut.

Berdasarkan data pendahuluan yang dirilis oleh EUROSTAT, Rabu lalu, inflasi Januari 2023 tersebut menurun dari bulan sebelumnya sebesar 9,2% (yoy).

Tak hanya itu, indeks harga konsumen (IHK) itu pun lebih rendah dari ekspektasi para ekonom yang disurvei Reuters sebesar 9% (yoy).

Sementara itu, BoE juga menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 bp dan memperingatkan bahwa perjuangannya melawan inflasi masih belum berakhir, namun tetap menjaga kemungkinan untuk mengakhiri pengetatan kebijakan.

Langkah ini, yang telah diperkirakan oleh pasar keuangan, meningkatkan suku bunga BoE menjadi 4%, level tertinggi sejak krisis keuangan 2008.

Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa ekspektasi pasar saat ini yang akan mencapai puncak suku bunga sekitar 4,5% pada pertengahan 2023 akan menekan inflasi di bawah target 2% dalam jangka menengah.

Hal itu menyiratkan bahwa BoE tidak melihat perlunya menaikkan suku bunga lebih banyak lagi, jika ada, meskipun dengan hati-hati menambahkan ketidakpastian seputar prospek ini tinggi dan "risiko terhadap inflasi condong signifikan ke sisi atas."

"Kami telah melakukan banyak hal pada suku bunga, dan dampak penuhnya masih akan datang," ujar Gubernur BoE, Andrew Bailey menyatakan dalam pidato pembukaan saat konferensi pers reguler.

BoE tetap menaikkan suku bunga karena inflasi juga berjalan lebih tinggi daripada di AS atau di seluruh Eropa, yakni sebesar 10,5% pada Desember 2022.

Keputusan tersebut muncul sehari setelah aksi mogok yang paling besar di Inggris terjadi selama lebih dari satu dekade terakhir, di mana pegawai negeri sipil, guru, dan karyawan sektor publik lainnya semuanya menuntut upah gaji yang lebih tinggi.

Sementara itu pada hari ini, beberapa rilis data ekonomi akan kembali berlanjut, terutama data aktivitas jasa yang tergambarkan pada purchasing manager's index (PMI) periode Januari 2023.

Adapun negara-negara yang akan merilis data PMI jasa bulan lalu yakni Australia, China, Jepang, Uni Eropa, dan AS.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular