
25 Basis Poin Dari The Fed yang Bikin Pasar Finansial Cerah!

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup cerah pada perdagangan Rabu (1/2/2023) kemarin, setelah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menaikkan suku bunga acuannya sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,02% ke posisi 34.092,96, S&P 500 melesat 1,05% ke 4.119,47 dan Nasdaq Composite melejit 2% menjadi 11.816,32.
Investor optimis setelah The Fed menaikkan suku bunga acuannya sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) ke kisaran 4,5% - 4,75%. Hal ini berarti The Fed kembali memperlambat laju kenaikan setelah sebelumnya menaikkan 50 bp pada Desember 2022 dan 75 basis pada empat pertemuan sebelumnya.
Keputusan bulat oleh para peserta Rapat Komite Pasar Terbuka (FOMC) itu sejalan dengan ekspektasi pasar keuangan.
Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa kebijakan perlu tetap restriktif untuk beberapa waktu dan bahwa para pejabat akan memerlukan bukti yang jauh lebih banyak untuk yakin bahwa inflasi berada di jalur yang menurun ke target 2%.
"Komite mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai untuk mencapai sikap kebijakan moneter yang cukup ketat guna mengembalikan inflasi menjadi 2 persen dari waktu ke waktu," kata The Fed dalam pernyataannya.
Sebagai tanda bahwa akhir siklus kenaikan mungkin sudah terlihat, komite menyatakan tingkat kenaikan suku bunga mendatang akan tergantung pada sejumlah faktor termasuk pengetatan kumulatif kebijakan moneter. Itu sebelumnya mengikat laju peningkatan di masa depan dengan faktor-faktor tersebut.
The Fed juga mencatat meski inflasi sudah jauh melandai, tetapi masih cenderung tinggi, menunjukkan pembuat kebijakan semakin yakin bahwa tekanan harga telah mencapai puncaknya.
Pada pertemuan Desember 2022, para pejabat The Fed memproyeksikan bahwa mereka akan mempertahankan suku bunga jika telah mencapai 5%. Namun pelaku pasar memperkirakan bahwa mereka akan mulai berhenti menaikkan suku bunga sedikit di bawah level tersebut.
Para pejabat The Fed telah mengatakan bahwa data inflasi Oktober, November dan Desember 2022 yang stabil merupakan berita yang disambut baik, namun mereka masuk perlu menantikan lebih banyak data lagi, terutama terkait data ketenagakerjaan.
Kemarin, data lowongan pekerjaan AS secara tak terduga naik pada Desember 2022, menjelang perilisan laporan komprehensif Departemen Tenaga Kerja tentang gaji nonpertanian untuk periode Januari 2023 yang akan dirilis pada Jumat besok.
Lowongan kerja tercatat meningkat 572.000 menjadi 11,0 juta pada hari terakhir Desember, sebagaimana dikatakan oleh Departemen Tenaga Kerja AS dalam Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja bulanan, atau laporan JOLTS, Rabu lalu.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan adanya 10,250 juta lowongan pekerjaan per Desember 2022.
Sementara itu, aktivitas manufaktur di AS pada Januari 2023 dilaporkan kembali berkontraksi, bahkan lebih dari yang diperkirakan.
Data aktivitas manufaktur yang tergambarkan pada purchasing manager's index (PMI) versi ISM turun menjadi 47,4, dari sebelumnya pada Desember 2022 di angka 48,4.
Hal ini menandakan bahwa sektor manufaktur Negeri Paman Sam kembali berkontraksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di bawahnya adalah kontraksi sementara di atasnya ekspansi.
Di lain sisi, saham-saham unggulan di AS juga mendapat dorongan karena pendapatan perusahaan kuartal IV-2022 sebagian besar terus menunjukkan keuntungan yang tangguh.
Saham Peloton melonjak 26,5%, setelah perusahaan peralatan kebugaran itu mengatakan rugi bersihnya menyempit dari tahun ke tahun. Saham Advanced Micro Devices naik 12,6% setelah perusahaan semikonduktor itu melaporkan pendapatan kuartal keempatnya.
Sedangkan untuk saham Meta Platforms ditutup melonjak 2,79%, setelah perusahaan melaporkan pendapatan kuartal IV-2022 yang melampaui estimasi dan mengumumkan pembelian kembali (buyback) saham senilai US$ 40 miliar.
(chd/chd)