Sectoral Insight

Pandemi Hampir Usai, Bisnis Asuransi Bakal Moncer pada 2023!

Research - Susi Setiawati, CNBC Indonesia
01 February 2023 10:40
Asuransi Jiwa Foto: Dok Istimewa

Jakarta, CNBC Indonesia - Bisnis asuransi diperkirakan masih akan tumbuh pesat pada 2023. Hal ini tak lepas dari pandemi Covid-19, di mana masyarakat mulai menyadari pentingnya memiliki asuransi jiwa untuk proteksi kesehatan dan antisipasi terhadap penyakit mematikan. Selain itu didukungnya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menopang bisnis asuransi umum.

Hal ini dibuktikan pada kinerja premi asuransi jiwa. Kenaikan terjadi pada akumulasi premi asuransi umum dan reasuransi yang mencatatkan kenaikan sebesar 14,06% yoy selama periode yang sama hingga mencapai Rp106,91 triliun per November 2022.

Selain itu, akumulasi pendapatan sektor asuransi selama periode Januari sampai dengan November 2022 mencapai Rp280,24 triliun atau mampu tumbuh sebesar 0,44% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Tak kalah menarik, kinerja asuransi umum dan reasuransi umum mengalami kenaikan hingga kuartal III 2022. Asuransi umum mengalami pertumbuhan hingga kuartal III 2022 sebesar 6,8% menjadi Rp195,8 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, kinerja asuransi umum mencapai Rp183,2 triliun. Sedangkan reasuransi umum mengalami pertumbuhan 11,7% menjadi Rp34,1 triliun dari sebelumnya Rp30,5 triliun.

Premi asuransi umum hingga kuartal III 2022 mengalami pertumbuhan 19,9% menjadi Rp67 triliun dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya yang tercatat Rp55,8 triliun. Sementara premi reasuransi umum tercatat tumbuh 11,7% menjadi Rp18,5 triliun dari sebelumnya Rp16,6 triliun. Jumlah premi industri asuransi juga mengalami pertumbuhan sebesar 3,4% menjadi Rp395,9 triliun.

Lanjut dari sisi klaim, asuransi umum mencatatkan sebesar Rp27,5 triliun atau mengalami pertumbuhan 25,2% dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya yang mencatatkan sebesar Rp22 triliun. Klaim Reasuransi umum juga tumbuh 19,1% menjadi Rp9,3 triliun dari sebelumnya Rp7,8 triliun. Sedangkan klaim industri asuransi mencapai Rp286,2 triliun atau naik 11,9%.

Kontribusi premi terbesar ada di sektor properti sebesar 32,5%, kemudian disusul oleh kendaraan bermotor sebesar 19% dan asuransi kredit mencapai 13,9%. Sementara klaim, didominasi oleh kredit asuransi sebesar 26,3%, properti 22,4% dan kendaraan bermotor 16,5%.

Kenaikan asuransi umum tentu didukung oleh kinerja perekonomian Indonesia, dimana pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III-2022 tercatat sebesar 5,72% (yoy). Menguatnya pemulihan ekonomi ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kuartal III-2022 dibandingkan kuartal II-2022 sebesar 1,8% (qtq). Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi didorong oleh pertumbuhan positif seluruh sektor. Hal ini menunjukkan roda perekonomian kembali bergerak hampir merata di semua sektor ekonomi.

Kenaikan kinerja pada bisnis asuransi tentunya berimbas pada harga saham emiten-emiten asuransi, berikut kinerja selama 1 tahun terakhir emiten-emiten asuransi:

Emiten

Persentase

PNLF

162.43%

PNIN

120%

ASBI

82.89%

Kenaikan beberapa saham asuransi di atas tentunya didukung oleh kenaikan kinerja perseroan. Diketahui PT. Panin Financial Tbk (PNLF) adalah salah satu saham yang masuk dalam portofolio investor legendaris Lo Kheng Hong. PNLF membukukan kenaikan total pendapatan 3,3% menjadi Rp2,09 triliun pada kuartal III 2022, dibandingkan dengan kuartal III 2021 yang sebesar Rp2,02 triliun.

Begitu juga PT. Paninvest Tbk (PNIN), kenaikan harga sahamnya yang begitu melesat didukung oleh kenaikan laba. PNIN berhasil membukukan laba bersih senilaiRp1,53 triliun pada kuartal III 2022. Pencapaian tersebut melesat 94,85% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yang senilai Rp784,24 miliar.

Tak kalah cuan, PT Asuransi Bintang Tbk (ABSI) mencacatkan kinerja positif hingga kuartal III 2022, dimana hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan premi bruto sebesar 7,9% atau menjadi Rp 353,09 miliar dari Rp 327,22 di tahun lalu.

Selain itu, perusahaan juga berhasil mencatatkan keuntungan yang terlihat dari laba usaha perusahaan yang meningkat 118,4% menjadi Rp 1,06 miliar dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi sebesar Rp 5,75 miliar. Hal ini lah yang membuat investor mengapresiasikan saham ASBI.

Potensi pertumbuhan pada bisnis asuransi jiwa ini tentunya diharapkan sejalan dengan tingkat literasi dan inklusi keuangan yang diumumkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Sebabnya, dari sektor asuransi, produk-produk asuransi jiwa masih sangat minim di masyarakat.

Selain itu, salah satu solusi dalam mendorong peningkatan penetrasi asuransi jiwa adalah memperbanyak agen asuransi jiwa yang kompeten dalam menawarkan produk asuransi jiwa kepada masyarakat.

Kemudian potensi pertumbuhan untuk bisnis asuransi umum juga akan terlihat pada 2023. Karena nampaknya ancaman resesi tidak nampak pada perekonomian Indonesia di tahun 2022, terbukti pada pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2022 mencapai 5,72%.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada November 2022 kembali mencatat surplus, yakni 5,16 miliar dolar AS. Kinerja positif tersebut melanjutkan surplus neraca perdagangan Indonesia sejak Mei 2020, dimana pada Oktober 2022 mencatat surplus 5,59 miliar dolar AS. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-November 2022 secara keseluruhan mencatat surplus 50,59 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 34,41 miliar dolar AS. Bank Indonesia memandang surplus neraca perdagangan tersebut berkontribusi positif menjaga ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia pun memberi statement akan menjaga kenaikan suku bunga tetap berada di angka 5,75%. Hal ini akan mendorong kinerja beberapa sektor yang membutuhkan asuransi untuk proteksi bisnisnya.


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(saw/pap)

[Gambas:Video CNBC]