
Jangan Ketinggalan! Asing Mulai Incar Saham Bank Raksasa Lagi

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham empat bank raksasa (big four) kembali bergairah pada perdagangan sesi I Jumat (27/1/2023), di tengah positifnya kinerja keuangan beberapa saham perbankan pada tahun 2022.
Berikut pergerakan bank big four pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Mandiri | BMRI | 10.000 | 1,78% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.600 | 1,47% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.630 | 0,87% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.550 | 0,79% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 09:15 WIB, saham PT Bank Mandiri Tbk (BBNI) memimpin penguatan yakni melonjak 1,78% ke level psikologis Rp 10.000/unit. Bank Mandiri sendiri direncanakan akan merilis kinerja keuangannya pada 2022 hari ini.
Sedangkan di posisi kedua terdapat saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang melesat 1,47% ke Rp 8.600/unit. BBCA sudah merilis laporan keuangannya pada kuartal IV-2022 kemarin.
BCA mencatatkan laba bersih Rp 40,7 triliun sepanjang 2022. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan bahwa perolehan laba ini meningkat 29,6% dibandingkan periode sebelumnya.
Selain itu, BCA mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 11,7% (year-on-year/yoy) sepanjang tahun 2022. Pencapaian ini dipengaruhi oleh pengembangan ekosistem bisnis secara hybrid, baik pada platform online maupun offline, mendorong frekuensi transaksi kembali mencetak rekor tertinggi.
Pencapaian ini juga mendukung dana giro dan tabungan atau current account saving account (CASA) naik 10,6% (yoy) di Desember 2022.
Kemudian di posisi ketiga ada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang menanjak 0,87% ke harga Rp 4.630/unit dan terakhir saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBN) menguat 0,79% menjadi Rp 9.550/unit.
BNI juga telah melaporkan laba bersih kuartal IV-2022 dan sepanjang 2022 pada Rabu lalu. Sepanjang 2022, laba bersih BNI mencapai Rp 18,3 triliun, naik 68% dibandingkan laba bersih tahun 2021 yang sebesar Rp 10,9 triliun.
Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengatakan realisasi laba bersih tersebut lebih tinggi dari estimasi. Bahkan, realisasi ini jauh di atas pencapaian sebelum pandemi dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah BNI.
"Itu merupakan hasil kombinasi antara strategi pertumbuhan bisnis yang prudent, selektif. Kredit kami tumbuh 10,9% secara tahunan dengan sumber pertumbuhan dari nasabah yang tentunya berkualitas baik," ujar Royke dalam acara BBNI Earnings Call FY2022, Selasa (24/1/2023) lalu.
Penyaluran kredit yang dilakukan secara selektif ini, jelas Royke, berdampak pada perbaikan kualitas aset dimana ratio loan at risk (LaR) BNI turun dari 23% menjadi 16% dan tingkat biaya kredit atau cost of credit turun dari 3,3% menjadi 1,9% di tahun 2022.
Dari price to earnings ratio (PER), jika dibandingkan dengan keempatnya, maka saham BBNI tergolong masih lebih murah, di mana PER BBNI saat ini sebesar 9,65 kali.
Sedangkan yang termahal yakni BBCA, dengan PER-nya sebesar 25,65 kali. Adapun untuk PER BMRI sebesar 11,22 kali dan BBRI sebesar 13,32 kali.
Selain karena positifnya kinerja keuangan perbankan raksasa, dilihat dari BBNI dan BBCA yang sudah melaporkannya pekan ini, investor asing yang kembali memburu saham BBCA dan BBNI kemarin juga menjadi penopangnya.
Kemarin, asing memburu saham BBCA hingga Rp 257,5 miliar. Sedangkan di saham BBNI, asing mengoleksinya sebesar Rp 186,6 miliar.
Selain itu, prospek terus melandainya inflasi global, berkurangnya laju kenaikan bank sentral Amerika Serikat (AS), dan masih tumbuh positif ekonomi AS pada 2022 juga menjadi penopang saham bank raksasa hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd)