CNBC Indonesia Research

Malapetaka Beras di Rumah Sendiri: Siapa Biang Keroknya?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
20 January 2023 11:30
Stabilisasi harga beras di daerah. (dok: Arief Prasteyo Adi/ Badan Pangan Nasional)
Foto: Stabilisasi harga beras di daerah. (dok: Arief Prasteyo Adi/ Badan Pangan Nasional)

Keputusan impor dinilai sudah terlambat. Sebab, impor beras ini perlu proses masih harus melakukan perjanjian dengan pihak eksportir di negara bersangkutan, mencari logistik dan bahkan masa pengiriman bisa berlangsung 2-3 minggu ke Indonesia.

Dan tentu ini terjadi saat ini. Terlambatnya kedatangan beras impor membuat harga terus melonjak hingga sekarang. Namun parahnya dari pihak bulog mengungkap bahwa keterlambatan itu adalah hal yang wajar mengingat cuaca ekstrem yang terjadi akhir tahu lalu.

Kalau kedatangan beras bakal terus meleset dari perkiraan impor ini justru memunculkan berbagai persoalan. Sudah harga beras dalam negeri meninggi, stok kacau, hingga Maret 2023 nanti ketika panen raya di khawatirkan berdampak pada harga gabah di tingkat petani.

Terlebih, musim panen raya terjadi di musim puncak hujan. Biasanya saat itu, harga gabah menjadi rendah di bawah harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dari HET yang ditetapkan sebesar Rp. 4.200 per kilogram, biasanya harga gabah saat panen raya turun menjadi Rp 4.000 per kilogram. Bahkan, harga bisa lebih rendah sampai Rp 3.500 per kilogram.

Bulog sebetulnya punya cara selain impor untuk memenuhi kebutuhan cadangan beras. Salah satunya dengan membeli langsung dari petani dengan harga yang sudah ditetapkan pemerintah. Persoalannya, Bulog tidak bisa sembarangan membeli beras dari petani. 

Mekanismenya diatur lewat Peraturan Menteri Perdagangan No.24/2020 tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk Gabah atau Beras.

Beleid itu menetapkan HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp4.200/kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp4.250/kg. Sementara gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan Rp5.250/kg dan di gudang Bulog sebesar Rp5.300/kg. Sedangkan beras di gudang Perum Bulog Rp8.300/kg.

Masalahnya, Bulog sudah tidak bisa lagi memperoleh beras dengan HPP yang sudah ditetapkan lewat Permendag karena harganya sudah di atas HPP. Dengan demikian, impor dinilai menjadi satu-satunya jalan paling masuk akal saat ini.

Selain itu, sejumlah upaya bisa dilakukan pemerintah adalah membenahi masalah-masalah yang ada di hulu produksi beras itu sendiri. Apa saja masalah yang ada dihulu? Yang jelas, produksinya harus ditingkatkan dengan kualitas yang baik, harus dijamin apakah sarana produksi itu sesuai dengan harapan.

Kalau dilihat, produktivitas beras di Indonesia masih terbilang stagnan lantaran terhambat oleh masalah-masalah yang harusnya bisa dibenahi sejak lama. Masalah rantai pasok salah satunya.

Dimana Akar Permasalahan Tingginya Harga Beras Ini? Di Peradang Atau Malah Pemerintah?

Naiknya harga beras ini lebih banyak disebabkan oleh pasokan yang menipis sehingga mengerek harga beras akhir tahun 2022 bahkan sampai saat ini.

Namun, tidak tercapainya target Cadangan Beras Pemerintah (CBP) saat ini karena Bolog tidak maksimal mengisi gudang di masa panen raya Maret hingga Juni 2022 lalu.

Selain itu, persoalan stok data beras antar lembaga yang tidak sinkron dan valid ini yang memicu kekhawatiran pasar hingga akhirnya mendorong kenaikan harga di pasaran.

Berdasarkan telusuran Tim Riset CNBC Indonesia saat ini, pedagang menjual beras dengan harga yang tinggi karena rendahnya supply. Ini sudah masa akhir menjelang panen raya, dan beras yang diimpor bulog belum mampu mengintervensi harga bahkan ada yang belum sampai ke Indonesia.

Pada kenyataannya sebenarnya pedagang tidak suka menjual beras dengan harga yang mahal karena daya beli konsumen rendah. Hal ini diungkapkan oleh Soekam Parwadi Direktur Pasar Komoditi Nasional (Paskomnas) Indonesia.

"Harga beras saat ini disebabkan karena pasokan yang kurang, ditambah lagi saat ini petani belum pada panen, maka harga naik" ungkapnya kepada Tim Riset CNBC Indonesia.

"Pedagang juga tidak suka menjual dengan harga yang mahal, karena daya beli konsumen rendah. Beras mahal juga membutuhkan modal yang lebih besar dengan risiko juga menjadi lebih besar" tambahnya.

Padahal skema operasi pasar yang dijalankan, Bulog mengguyur beras ke pedagang dengan harga Rp8.300 per kg dan pedagang bisa menjual dengan harga maksimal Rp8.900 per kg. Namun diduga karena keterbatasan stok, operasi pasar Bulog pun mampet.

Tapi apalah daya, kenaikan harga beras sudah terlanjur terjadi. Yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan Bulog saat ini adalah pertama, bagaimana terus melakukan operasi pasar agar kenaikan harga beras masih dalam batas yang wajar dan tidak dimanfaatkan oleh segelintir pihak untuk mengambil keuntungan.

Kedua, keputusan untuk impor beras pun sudah terjadi, jika suatu saat stok beras banjir ditambah dengan panen raya, pemerintah harus bisa menjamin bagaimana harga di tingkat petani tidak anjlok setelah panen raya.

Ketiga, pemerintah harus berbenah data stok beras yang tersedia agar tak jelas, jika data jelas dan valid otomatis stok dan cadangan beras bisa diperkirakan bisa mencapai level 'aman' sampai kapan. Sehingga tak terlambat jika memang harus melakukan impor.

TIM RISET CNBC INDONESIA   

(aum/aum)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular