CNBC Indonesia Research

Kode Keras BI: Era Kenaikan Suku Bunga Sudah Berakhir!

Maesaroh, CNBC Indonesia
19 January 2023 17:41
Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan januari 2023 dengan Cakupan Tahunan. (CNBC Indonesia/Cantika Dinda)
Foto: Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan januari 2023 dengan Cakupan Tahunan. (CNBC Indonesia/Cantika Dinda)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75%. Kenaikan suku bunga pada bulan ini diperkirakan akan menjadi yang terakhir untuk 2023.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari ini, Kamis (19/1/2023) juga memutuskan untuk menaikkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 5,0%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,50%.

Secara keseluruhan, kubu MH Thamrin telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 225 bps sejak Agustus 2022. Suku bunga BI di level 5,75% adalah yang tertinggi sejak Juli 2019 atau 3,5 tahun terakhir.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan kenaikan suku bunga secara sebesar 25 bps merupakan langkah lanjutan bagi kebijakan front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi.

Dia menambahkan kenaikan BI7DRR sebesar 225 bps sudah memadai untuk untuk memastikan inflasi inti pada semester I- 2023 tidak akan melewati 3,7%.
Inflasi umum diperkirakan sudah berada di bawah 4% setelah September 2023.

"Kenaikan 225 bps adalah yang terukur. Kenaikan secara akumulatif ini memadai untuk memastikan inflasi inti tidak akan lebih tinggi dari 3,7% pada Semester I-2023," tutur Perry, dalam konferensi pers pengumuman Hasil RDG Januari 2023, Kamis (19/1/2023).

Perry menambahkan jika tidak ada informasi yang extraordinary dan kondisi di luar perkirakan maka kenaikan suku bunga sebesar 225 bps sudah memadai.

Pernyataan Perry ini menjadi sinyal jika BI kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga lagi jika tidak ada kondisi yang luar biasa.

"Kalau tidak ada informasi yang extraordinary, yang kita tidak bisa kita lihat dan kondisi di luar perkiraan, maka kata memadai sudah bisa menjawab pertanyaan tersebut," imbuh Perry menjawab pertanyaan apakah BI masih akan menaikkan suku bunga ke depan.

 

Sebagai catatan, inflasi Indonesia pada 2022 tercatat 5,51%. Laju inflasi lebih rendah dibandingkan pada proyeksi BI sebelumnya yang berada di kisaran 6%.

Sementara itu, inflasi inti pada 2022 tercatat 3,36%. Lebih rendah dibandingkan proyeksi pada pelaku pasar pada September 2022 yang berada di kisaran 4,6%.

"Inflasi selama tahun 2022 pasca kenaikan penyesuaian harga BBM menurun lebih cepat dari yang kita perkirakan," imbuh Perry.

Perry menambahkan pertimbangan kebijakan moneter di tingkat global. Dia mengatakan pengetatan kebijakan moneter di negara maju sudah mendekati titik puncaknya.

Selain negara maju, sejumlah negara berkembang juga sudah menghentikan kebijakan moneter ketatnya. Bank sentral Malaysia pada hari ini secara mengejutkan menahan suku bunga acuan mereka di level 2,75% secara menerapkan kebijakan agresif sejak Mei 2022.

"Ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga berdampak pada meningkatnya aliran modal global ke negara berkembang," ujarnya.

Sebagai catatan, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) sudah mengurangi agresivitasnya dengan hanya menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada Desember 2022.

Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan ada kemungkinan jika BI tidak akan lagi menaikkan suku bunga bulan depan.

"Kami memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuan sebesar 5,75% hingga akhir 2023. Namun, mereka akan tetap berjaga-jaga dalam melihat perkembangan ekonomi global ke depan yang masih penuh ketidakpastian," ujar Andry, kepada CNBC Indonesia.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan era kenaikan suku bunga BI akan segera berakhir.

Menurut Irman, BI memang masih memiliki ruang untuk menaikkan suku bunga hingga 6,25%. Namun, BI bisa saja memilih untuk menahan suku bunga jika inflasi melambat lebih cepat dari proyeksi.

"Mungkin masih ada (kenaikan) 1x25 bps lagi bulan depan atau justru ini jadi yang terakhir.  Kita menunggu data Januari. Kalau misal Januari ini memang inflasinya tidak naik signifikan maka ada downward bias," tutur Irman, kepada CNBC Indonesia.

Seperti diketahui, BI menaikkan suku bunga sejak Agustus 2022 untuk mengantisipasi lonjakan ekspektasi inflasi setelah pemerintah mengerek BBM subsidi pada September 2022.

Setelah menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada September 2022, BI secara agresif menaikkan suku bunga sebesar 50 bps selama tiga bulan pada September, Oktober, dan November 2022.

Kenaikan suku bunga sebesar 200 bps adalah yang paling agresif sejak 2005. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular