CNBC Indonesia Research
Ekonomi RI Membaik, Ketimpangan Kaya-Miskin Bisa Menurun?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia percaya diri menampakkan pertumbuhan setiap tahunnya jika mengecualikan masa pandemi Covid-19. Namun di balik itu semua, benarkah ketimpangan pendapatan dan kekayaan di Indonesia justru kian melebar? Mari kita ulas berdasarkan data.
Produk Domestik Bruto (PDB) Tanah Air nampak selalu memberikan prediksi optimistik yang meningkat dari tahun ke tahun. Kecuali masa pandemi, sialnya Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen.
Hal ini menyebabkan perekonomian Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastis karena perkembangan ekonomi di Indonesia mempunyai pergerakan yang kurang stabil. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh adanya pandemi Covid-19.
Melihat kontraksi pada tahun 2020 Pemerintah mengeluarkan strategi kebijakan guna memulihkan perekonomian Indonesia.
Perekonomian Indonesia bangkit pasca pandemi. Bahkan, hal tersebut berhasil menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia.
Pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia tercatat sebesar US$ 4,3 ribu pada 2021. Nilai itu lebih besar dari Vietnam yang sebesar US$ 3,8 ribu.
Jumlah tersebut telah naik hampir 40% sejak 2001 yang hanya sebesar Rp7,2 juta. Sepanjang dua dekade tersebut, rata-rata pertumbuhan pendapatan penduduk Indonesia meningkat 3,75% per tahunnya.
Kendati demikian, meningkatnya pendapatan penduduk di Indonesia masih menimbulkan persoalan tersendiri. Pasalnya, distribusi pendapatan tersebut belum merata di antara seluruh penduduk Indonesia, sehingga mendorong adanya ketimpangan. Benarkah ketimpangan masih berlanjut?
Kalau kita lihat data World Inequality Report (WIR) 2022, ketimpangan pendapatan di tanah air semakin melebar. Sejak tahun 2000 hingga saat ini grafik menunjukan bahwa belum menunjukan perbaikan. Data flat tak banyak perubahan. Artinya, ketimpangan dari waktu ke waktu masih sama saja seperti sebelumnya.
Dari data tersebut, sepanjang 2021, ada 10% penduduk Indonesia kelompok ekonomi teratas yang memiliki kontribusi terhadap GDP yakni 46,86% angka ini tak pernah berubah sejak tahun 2018. Sementara, ada 50% penduduk Indonesia kelompok ekonomi terbawah memberikan kontribusi terhadap PDB yakni sebesar 12,45% sejak 2018-2021.
Pendapatan kelompok 50% terbawah hanya Rp 22,6 juta per tahun. Nilai itu jauh lebih rendah dibandingkan di kelompok 10% teratas yang memiliki pendapatan hingga Rp 285,07 juta per tahun.
Maka, Apabila dicermati kemiskinan dan ketimpangan masih cukup kuat bertahan di Tanah Air. dibuktikan dengan masih besarnya angka kemiskinan dan gini rasio yang tak mengalami perubahan signifikan meski pertumbuhan PDB dikatakan bagus.