Newsletter
Siap-Siap! Sepertinya Bakal Ada "Plot Twist" Bank Sentral

Jakarta, CNBC Indonesia - Selasa kemarin pasar keuangan ditutup bervariasi di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat, meskipun mata uang garuda gagal mempertahankan penguatannya, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) kembali naik.
Sementara pada perdagangan Rabu (18/1/2023) pasar akan menanti pengumuman kebijakan moneter bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), serta Bank Indonesia (BI) yang memulai Rapat Dewan Gubernur (RDG) dan kemungkinan bakal ada "plot twist". Kebijakan bank sentral dan faktor-faktor yang mempengaruhi pasar finansial hari ini dibahas pada halaman 3.
Indeks Acuan Tanah Air berakhir di zona hijau dengan apresiasi 1,19% ke 6.767,34. Pada perdagangan kemarin, IHSG terpantau konsisten berada di zona hijau baik di sesi I, maupun penutupan sesi kedua.
Dengan ini, IHSG terpantau konsisten berada di zona hijau 2 hari beruntun. Ada beberapa sentimen yang mempengaruhi gerak IHSG baik kabar dari dalam negeri maupun luar negeri.
Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 12,87 triliun dan melibatkan 26,31 miliar saham dan berpindah tangan 1,3 juta kali.
Sementara, investor asing juga tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) jumbo senilai Rp 229,63 miliar di pasar reguler.
Statistik perdagangan menunjukkan ada 320 saham yang mengalami penguatan, 222 saham melemah dan 175 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor finansial dan teknologi memimpin penguatan masing-masing sebesar 1,79% dan 1,69%, sementara sektor properti memimpin perlemahan 0,14%.
Pergerakan Indeks acuan Tanah Air justru berlawanan arah dengan mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup melemah pada perdagangan Selasa (17/1/2023), setelah dirilisnya data pertumbuhan ekonomi China pada kuartal IV-2022.
Hanya indeks Nikkei 225 Jepang dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona hijau pada hari ini. Nikkei melonjak 1,23% ke posisi 26.138,699, sedangkan IHSG berakhir melesat 1,19% menjadi 6.767,34.
Sementara sisanya ditutup di zona merah. Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,78% ke 21.577,64, Shanghai Composite China turun 0,1% ke 3.224,24, Straits Times Singapura turun tipis 0,09% ke 3.280,51, ASX 200 Australia juga turun tipis 0,03% ke 7.386,3, dan KOSPI Korea Selatan merosot 0,85% menjadi 2.379,39.
Selanjutnya, Mata uang garuda tak mampu melanjutkan momentum penguatan. Rupiah mengakhiri perdagangan melemah 0,8% ke Rp 15.160/US$. Kendati melemah, setidaknya posisi perdagangan kemarin sekaligus menjadi terkuat sejak 28 September 2022.
Sebelumnya rupiah menguat tajam dalam 4 hari beruntun, awal pekan kemarin bahkan sempat menyentuh Rp 14.975/US$. Sentimen yang membuatnya naik tak lain adalah rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Terakhir, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali naik pada perdagangan Selasa (17/1/2023), membuat investor kembali melepasnya pada hari ini.
Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik dengan yield. Ketika yield naik, maka harga akan turun, begitu juga sebaliknya. Saat harga turun, artinya ada aksi jual atau lepas oleh investor.
Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 20 tahun menjadi yang paling besar kenaikan yield-nya pada hari ini, yakni sebesar 5,5 basis poin (bp) ke posisi 6,886%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara juga naik 4,6 bp menjadi 6,784%.