Newsletter

Amerika Sebentar Lagi Resesi, Suku Bunga The Fed Apa Kabar?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Selasa, 10/01/2023 06:05 WIB
Foto: Foto multiple exposure karyawan berswafoto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah mengawali pekan perdana tahun 2023 dengan performa terburuk di kancah global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada perdagangan hari pertama pekan ini. Penguatan tipis tersebut menjadi vitamin bagi kepercayaan investor, dengan emiten kapitalisasi pasar raksasa menjadi penopang utama.

Pada perdagangan Senin (9/1) kemarin IHSG berakhir di 6688.265 atau menguat 0,06% secara harian. Kemarin, IHSG dibuka melonjak, lalu mendekam di zona merah sepanjang perdagangan sesi dua, sebelum berakhir di zona positif.

Sejumlah saham yang menjadi penopang utama termasuk Bank Central Asia (BBCA), Telkom Indonesia (TLKM) dan Merdeka Copper Gold (MDKA). Sedangkan emiten yang menjadi pemberat termasuk Bayan Resources (BYAN), Astra Internasional (ASII) dan GoTo Gojek Tokopedia (GOTO).

Investor tercatat melakukan aksi beli (net buy) di seluruh pasar senilai Rp 81,64 miliar. Saham yang diborong asing kemarin termasuk Aneka Tambang (ANTM), BBCA dan Adaro Energy Indonesia (ADRO). Sedangkan dua bank BUMN, BBRI dan BMRI, menjadi saham yang paling banyak dilego asing.

Masuknya kembali dana asing ke bursa saham domestik ikut menjadi sentimen positif, mengingat sejak awal tahun besaran net sell di seluruh pasar mencapai Rp 2,19 triliun.

Kemarin, dua saham baru memulai debut perdagangan di bursa. Cakra Buana Resources Energi (CBRE) menguat tajam 34,26% dan menyentuh batas auto rejection atas (ARB), sedangkan Sunindo Pratama (SUNI) berakhir stagnan.

Kinerja positif juga dicatatkan oleh seluruh bursa Asia Pasifik lain, dengan IHSG menjadi indeks acuan dengan penguatan paling kecil. China yang kembali membuka ekonominya secara lebih luas serta data tenaga kerja yang menggembirakan ikut menambah kepercayaan investor di pasar modal Asia Pasifik.

Dari pasar keuangan lain, Rupiah sukses menguat cukup tajam 0,42% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.565/US$ pada perdagangan Senin (9/1/2023). Penguatan ini menjadi yang cukup tajam dan pertama pada 2023. Pada pekan lalu, rupiah hanya menguat sekali, itu pun hanya 0,06%.

Indeks dolar AS pada perdagangan Jumat jeblok hingga lebih dari 1% menjadi pemicu penguatan rupiah. Hingga sore ini penurunan berlanjut sebesar 0,26%. Sebabnya, pelaku pasar kini sudah menimbang-nimbang apakah bank sentral AS (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, atau bisa memangkas suku bunganya lebih cepat.

Seperti diketahui sepanjang 2022, The Fed menaikkan suku bunga sebesar 425 basis poin menjadi 4,25% - 4,5%, menjadi yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Kenaikan tersebut juga menjadi yang paling agresif sejak tahun 1980an.

Kemudian, pasar obligasi juga menguat pada perdagangan kemarin, dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk semua tenor tercatat turun.


(fsd/fsd)
Pages