Newsletter

Amerika Sebentar Lagi Resesi, Suku Bunga The Fed Apa Kabar?

Feri Sandria, CNBC Indonesia
10 January 2023 06:05
Badai phk di perusahaan Vietnam. (AFP via Getty Images/NHAC NGUYEN)
Foto: Badai phk di perusahaan Vietnam. (AFP via Getty Images/NHAC NGUYEN)

Berikut adalah sejumlah sentimen yang dapat menjadi penggerak perdagangan pasar saham hari ini.

Pertama yakni respons pasar dari rilis data tenaga kerja non-farm payrolls (NFP) dan unemployment rate yang dipublikasikan Jumat lalu. Data NFP AS per Desember 2022 naik 223.000, dari sebelumnya pada November 2022 sebesar 256.000.

Di lain sisi, tingkat pengangguran di AS pada Desember 2022 terpantau turun menjadi 3,5%, dari sebelumnya sebesar 3,6% pada November 2022.

Selain data tenaga kerja, data non-manufaktur AS dari survei purchasing manager's index (PMI) ISM menunjukkan bahwa sektor tersebut di AS juga menurun menjadi 49,6 pada Desember 2022, dari sebelumnya di angka 56,5 pada November 2022.

Alhasil, sektor non-manufaktur masuk ke zona kontraksi. PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Di bawahnya berarti kontraksi, sementara di atasnya ekspansi.

Untuk diketahui sektor non-manufaktur atau jasa merupakan kontributor terbesar produk domestik bruto (PDB) AS berdasarkan lapangan usaha. Kontribusinya tidak pernah kurang dari 70%.

Kontraksi sektor jasa tentunya menjadi sinyal kuat negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia ini sebentar lagi akan mengalami resesi.

Dengan masih kuatnya data tenaga kerja dan kontraksinya sektor non-manufaktur, maka potensi The Fed masih menaikkan suku bunga acuannya masih cukup besar, meski lajunya kemungkinan diperlambat dan ada peluang akan diturunkan lagi ketika resesi terjadi dan inflasi terus dalam tren menurun.

Kedua yakni data inflasi China periode Desember 2022 yang diprediksi bakal kembali naik menjadi 2% secara tahunan (year-on-year/yoy). Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm) diprediksi juga naik menjadi 0,1%.

Tak hanya China, inflasi periode Desember 2022 juga akan dirilis di AS pada pekan ini, di mana inflasi Negeri Paman Sam diprediksi kembali melandai menjadi 6,5% (yoy).

Data inflasi AS ini akan menjadi acuan The Fed untuk menentukan langkah selanjutnya dari kebijakan moneter.

Ketiga, investor juga masih mewanti-wanti pidato Ketua The Fed, Jerome Powell yang akan dilaksanakan malam ini waktu Indonesia. Pada risalah The Fed pekan lalu, pejabat bank sentral AS menegaskan bahwa mereka masih akan bersikap hawkish, selama data ketenagakerjaan masih cenderung positif.

Keempat yakni data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris secara bulanan, di mana PDB Inggris pada November 2022 diprediksi turun menjadi -0,2%.

Kelima, data neraca perdagangan China periode Desember 2022, di mana angka tersebut diprediksi naik menjadi US$ 80 miliar. Adapun dari ekspor-impor China, keduanya diprediksi membaik pada Desember 2022.

Keenam adalah data sentimen konsumen University of Michigan periode Januari 2022, di mana data ini juga dapat dijadikan acuan untuk menilai keadaan ekonomi AS. Diprediksi, sentimen konsumen ini akan cenderung naik menjadi 60, dari sebelumnya pada Desember 2022 di angka 59,7.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular