Market Commentary

Perdagangan Perdana 2023, Saham 'Big Bank' Malah Loyo

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
02 January 2023 09:58
Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan berkapitalisasi pasar terbesar (big bank) secara mayoritas melemah pada perdagangan perdana di tahun 2023.

Pada awal perdaagangan sesi I Senin (2/1/2023) sekitar pukul 09:32 WIB, empat saham 'big bank' terpantau diperdagangkan di zona merah.

Berikut pergerakan empat saham big bank pada awal perdagangan sesi I hari ini.

EmitenKode SahamHarga TerakhirPerubahan Harga (%)
Bank Rakyat IndonesiaBBRI4.860-1,62%
Bank Negara IndonesiaBBNI9.150-0,81%
Bank Central AsiaBBCA8.525-0,29%
Bank MandiriBMRI9.900-0,25%

Saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memimpin koreksi yakni ambles 1,62% ke posisi Rp 4.860/unit. Sedangkan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga merosot 0,81% ke Rp 9.150/unit

Saham BBRI dan BBNI juga turut membebani pergerakan IHSG pada awal sesi I hari ini, di mana saham BBRI memberatkan indeks hingga 11,38 indeks poin, sedangkan saham BMRI memberatkan IHSG sebesar 1,4 indeks poin.

Namun untuk saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), koreksinya cenderung lebih kecil yakni sekitar 0,2%.

Melemahnya saham big bank terjadi karena investor menanti pembacaan risalah rapat bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang dilakukan pada Desember lalu.

Investor akan menanti komentar pejabat The Fed mengenai langkah bank sentral tersebut pada 2023.

Seperti diketahui, The Fed telah mengakhiri era easy money pada 2022 seiring dengan inflasi yang memanas. Atas langkah tersebut serta diikuti banyak bank sentral di negara lain pula dunia berada di bawah ancaman resesi global.

Maka dari itu, "bocoran" pada pembacaan risalah akan menyedot animo investor. Selain itu mengingat laju inflasi dunia mulai melandai. Pembacaan notula tersebut dijadwalkan pada Kamis pekan ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Sanggahan: Berita ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham terkait. Keputusan investasi sepenuhnya ada pada diri anda, dan CNBC Indonesia tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

(chd)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation