
Tak Ada Keajaiban di Pasar Keuangan, Asing Bawa Kabur Rp 18 T

Sampai dengan H-2 penutupan perdagangan akhir tahun 2022, belum ada katalis positif yang mampu menggerakkan pasar.
Sentimen cenderung sepi mengingat momentum akhir tahun pelaku pasar lebih fokus pada libur. Transaksi di pasar saham juga sepi.
Sejak awal pekan dimulai, nilai turnover saham di BEI konsisten berada di bawah Rp 10 triliun. Memang ada kenaikan. Namun kenaikannya sangat tipis.
Di awal pekan, transaksi hanya mencapai Rp 6,4 triliun. Maklum momentumnya adalah pasca libur Hari Raya Natal.
Sehari setelahnya nilai transaksi naik Rp 2,1 triliun menjadi Rp 8,5 triliun. Namun per kemarin, nilai transaksi hanya naik Rp 400 miliar menjadi Rp 8,9 triliun.
Lagi-lagi data tersebut semakin mengkonfirmasi mood untuk trading yang sudah turun drastis. Investor asing juga terus menerus cash out.
Dalam sepekan terakhir investor asing net sell Rp 1,22 triliun. Namun aksi investor asing yang melepas saham-saham domestik sudah terjadi sejak sebulan terakhir.
Data perdagangan mencatat ada aliran modal keluar dari pasar ekuitas Tanah Air sebesar Rp 17,9 triliun dari pasar reguler.
Kinerja IHSG yang ciamik sepanjang tahun 2022 dimanfaatkan oleh asing untuk merealisasikan cuannya dan memilih untuk wait and see menanti tahun baru 2023 yang diramal memiliki outlook yang suram.
Sejak terkoreksi di pekan pertama Desember dan meski terombang-ambing, IHSG sejatinya membentuk pola uptrend.
Posisi penutupan terendah IHSG ada di 6.715,12 pada 9 Desember lalu. Artinya dalam kurun waktu 2 pekan IHSG sudah mencatatkan apresiasi sebesar 2,02%.
Namun untuk mencapai level psikologis di 7.000, tampak masih sulit. Apalagi untuk mencapai dan melampaui posisi IHSG di akhir November di 7.081, rasanya semakin sulit.
Hingga akhir tahun kemungkinannya IHSG akan bergerak di rentang 6.800-6.900 sedangkan yield SBN di 6,9-7,0% sementara rupiah di Rp 15.600-15.700/US$.
(trp/trp)