
Bank Sentral Jepang Mulai Beraksi, Beli Yen Bakal Cuan Jumbo?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) akhirnya mengumumkan sedikit perubahan kebijakan moneternya. Saat bank sentrall utama dunia agresif menaikkan suku bunga BoJ justru masih terus mempertahankan kebijakan ultra longgarnya.
Akibatnya nilai tukar yen Jepang terpuruk, di tahun ini sempat jeblok lebih dari 32% ke kisaran JPY 151/US$ pada 21 Oktober lalu yang merupakan level terendah dalam 24 tahun terakhir.
Melawan rupiah, yen sempat jeblok hingga lebih 17% ke Rp 102,43/JPY. Rupiah mencapai level terkuat dalam 8 tahun terakhir melawan yen.
Akibat kemerosotan tersebut pemerintah Jepang yang sudah gelisah akhirnya mengambil tindakan tegas.
Intervensi pun dilakukan, pertama kalinya sejak 1998.
"Kami telah mengambil tindakan tegas" kata Wakil Menteri Keuangan Jepang untuk urusan international, Masato Kanda kepada wartawan ketika ditanya mengenai intervensi, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (22/9/2022).
Intervensi tersebut dilakukan dengan menjual dolar AS.Sejak saat itu nilai tukar yen terus memangkas pelemahannya.
Pada perdagangan Selasa (20/12/2022) yen kembali menguat tajam pasca pengumuman kebijakan BoJ.
Berhadapan dengan dolar AS, yen hari ini melesat 2,7% ke JPY 133,13/US$. Sepanjang tahun ini pelemahan yen terpangkas menjadi 15,7%.
Sementara melawan rupiah yem melesat 3% ke Rp 117,29/JPY. Pelemahannya sepanjang tahun ini tersisa 5,2% saja.
BoJ hari ini memutuskan kembali untuk tetap mempertahankan suku bunga rendahnya di minus (-) 0,1%, tetapi kebijakan yield curve control (YCC) diperlebar menjadi 50 basis poin dari sebelumnya 25 basis poin.
YCC merupakan kebijakan BoJ yang menahan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun dekat dengan 0%. Ketika yield mulai menjauhi 0% maka BoJ akan melakukan pembelian obligasi.
Pembelian tersebut artinya BoJ menyuntikkan likuiditas ke perekonomian.
Kini dengan YCC diperlebar menjadi 50 basis poin, kebijakan BoJ menjadi lebih fleksibel, likuiditas yang disuntikkan ke perekonomian menjadi lebih kecil.
"Ini diluar perkiraan, kami melihat mereka (BoJ) mulai menguji respon pasar dari exit strategi yang akan diambil," kata Bart Wakabayashi, branch manager di State Street Tokyo, sebagaimana dilansir Reuters.
Pasar sebenarnya melihat BoJ belum akan merubah kebijakannya hingga Maret 2023.
Kebijakan yang diambil BoJ saat ini bisa menjadi awal periode pengetatan moneter yang dilakukan. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin yen akan menguat lebih jauh lagi dari level saat ini.
(pap/pap)