
Pertama dalam 17 Tahun Suku Bunga Jepang Naik, Apa Untungnya Buat RI?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuannya pada Selasa (19/3/2024) hari ini, setelah di tahan di level ultra rendahnya selama delapan tahun terakhir dan menjadi kenaikan pertama sejak 17 tahun terakhir.
Suku bunga BoJ naik 10 basis poin (bp) menjadi kisaran 0%-0,1%, dari sebelumnya di level -0,1%, level terendah selama delapan tahun terakhir.
Hal ini sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya yang memperkirakan bank sentral Negeri Sakura tersebut akan mengakhiri kebijakan moneter ultra longgarnya.
"Ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam 17 tahun, sehingga memiliki banyak makna simbolis," kata Izumi Devalier, kepala ekonomi Jepang di BofA Securities, sebelum keputusan kebijakan BOJ.
Meskipun langkah ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama di Jepang dalam 17 tahun terakhir. Tetapi hal ini masih membuat suku bunga tetap berada di kisaran nol karena pemulihan ekonomi yang rapuh memaksa bank sentral untuk memperlambat kenaikan biaya pinjaman lebih lanjut.
Pergeseran ini membuat BoJ menjadi bank sentral terakhir yang keluar dari suku bunga negatif dan mengakhiri era di mana para pengambil kebijakan di seluruh dunia berupaya menopang pertumbuhan melalui uang murah dan alat moneter yang tidak konvensional.
BoJ juga resmi mengakhiri pengendalian kurva imbal hasil (yield curve control/YCC) dan menghentikan pembelian Equity Trade Fund (ETF) serta J-REIT, Dana Investasi Properti Jepang.
Meski begitu, pemerintah Jepang masih akan melanjutkan pembelian obligasi pemerintah Jepang (Japan Government Bond/JGB) dengan nilai yang sama seperti sebelumnya.
Dengan inflasi yang telah melampaui target BoJ sebesar 2% selama lebih dari setahun, banyak pelaku pasar memperkirakan berakhirnya suku bunga negatif pada pertemuan Maret atau April.
Setelah suku bunga acuan resmi dinaikan, kini pelaku pasar menanti konferensi pers pasca pertemuan Gubernur BoJ, Kazuo Ueda untuk mendapatkan petunjuk mengenai laju kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Kenaikan suku bunga acuan BoJ juga terjadi setelah kenaikan upah di beberapa perusahaan raksasa di Jepang. Upah tercatat naik menjadi 5,28% di 2024. Angka ini menjadi yang terbesar dalam 33 tahun terakhir.
Para pemangku kebijakan berharap kenaikan upah akan meningkatkan belanja rumah tangga dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi. Apalagi akhir tahun lalu Jepang nyaris mengalami resesi.
Gaji Naik, Inflasi Merangkak Naik
Inflasi diperkirakan masih bergerak tinggi karena perusahaan-perusahaan Jepang menaikkan gaji sebesar 5,28% pada tahun ini. Angka tersebut menjadi kenaikan tertinggi dalam 33 tahun terakhir.
Sebagai catatan, gaji karyawan Jepang jarang mengalami kenaikan signifikan dan hampir flat sejak 1990an.
Jepang juga lebih kerap berjuang melawan deflasi karena rendahnya pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan flatnya gaji.
Kenaikan inflasi ini menjadi dua sisi mata uang ybagi ekonomi Jepang. Di sisi lain, inflasi menunjukkan ekonomi bergerak tetapi di sisi lain inflasi juga akan mengerek suku bunga. Inflasi Jepang juga lebih disebabkan oleh gangguan pasokan sehingga dinilai belum stabil.
"Inflasi bisa menjadi baik bagi ekonomi jika itu menunjukkan adanya perbaikan permintaan dan produkstivas. Namun, bisa menjadi jelek jika hal itu karena gangguan pasokab," tutur Nobuko Kobayashi, konsultan dari EY-Parthenon kepada BBC.
Ekonomi Jepang hanya tumbuh 0,4% pada Oktober-Desember 2023 setelah sempat terkontraksi 3,2% pada Juli-September 2023.
Jepang bahkan kehilangan posisinya sebagai negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia.Raksasa Asia tersebut secara tak terduga melemah.
Dampak ke RI
Kepala ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menjelaskan kenaikan suku bunga di Jepang kemungkinan berdampak kecil ke pasar keuangan Indonesia.
"Mestinya dampaknya gak banyak ya ke Rupiah dan Bond yield," tutur Andry kepada CNBC Indonesia.
Namun, dengan kenaikan gaji karyawan Jepang maka konsumsi warga Negeri Sakura diharapkan naik sehingga ekonomi mereka akan terdorong. Kondisi ini bisa berdampak positif ke ekonomi Jepang yang diharapkan menular kepada permintaan impor dari Indonesia.
"So far kalo Japan's labor naik gaji mudah-mudahan bisa dorong ekonominya lagi dan akibatnya ekspor Indonesia ke Jepang bisa naik lagi," imbuh Andry.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), Jepang merupakan pasar ekspor terbesar ketiga setelah Chiina dan Amerika Serikat dengan nilau US$ 20,79 miliar.
Jepang juga menjadi investor asing terbesar ke empat di Indonesia setelah Singapura, China, dan Hong Kong,
Di pasar obligasi, Jepang juga menjadi salah satu investor terbesar terutama dengan keberadaan Surat Berharga Negara (SBN) khusus berdenominasi yen yakni Samurai Bond.
![]() Investor asing |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)