
Produksi Rokok Anjlok, Karena Kemahalan atau Rokok Ilegal?

Produksi rokok yang melandai cukup drastis pada November 2022 terjadi di tengah mulai melambatnya konsumsi masyarakat, lonjakan inflasi, serta maraknya peredaran rokok ilegal.
Seperti diketahui, pemerintah pada 3 November 2022 mengumumkan kenaikan cukai rokok sebesar 10% pada tahun 2023 dan 2024. Hal ini berlaku pada golongan sigaret kretek mesin (SKM), sigaret putih mesin (SPM), dan sigaret kretek pangan (SKP) akan berbeda sesuai dengan golongannya.
Sri Mulyani menjelaskan salah satu alasan kenaikan cukai adalah untuk menurunkan prevalensi merokok dengan cara menaikkan indeks kemahalan.
Prevalensi perokok laki-laki dewasa Indonesia sebesar 71,3% atau menjadi yang tetringgi di dunia.
Harga rokok di Indonesia juga jauh di bawah rata-rata dunia yang berada di kisaran US$ 4 per bungkus. Australia masih menjadi yang termahal di dunia yakni US$ 21 per bungkus sementara Indonesia hanya US$ 2,1 per bungkus.
Menurut data Kementerian Keuangan, indeks kemahalan rokok Indonesia saat ini ada di angka 12,2%. Angkanya naik tipis dibandingkan 2021 yang tercatat 12,1%.
"Indeks kemahalannya kita pertahankan atau sedikit meningkat supaya affordability nya memang menurun. Supaya konsumsinya turun. Produksi rokok hingga November tahun ini turun karena memang ada kenaikan indeks kemahalan menajdi 12,2%," tutur Sri Mulyani pada saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, Senin (12/12/2022).
Mandiri Spending Index menunjukkan nilai dan tingkat belanja masyarakat Indonesia terus bergerak dalam tren penurunan. Padahal, laju inflasi sudah melandai setelah melonjak tajam karena kenaikan harga BBM subsidi awal September 2022. Pola belanja masyarakat Indonesia pada November juga bertentangan dengan tren historisnya di mana belanja biasanya melonjak menjelang akhir tahun.
Sebagai catatan, inflasi Indonesia terus melandai dari 5,95% (year on year/yoy) pada September 2022 menjadi 5,71% (yoy) pada Oktober dan 5,42% (yoy) pada November.
Mandiri Spending Index menunjukkan nilai belanja masyarakat pada November 2022 ada di angka 154,8 pada akhir November 2022. Nilai tersebut turun dibandingkan Oktober (157,8) bahkan menjadi yang terendah sejak Juni 2022.
Sementara itu, frekuensi belanja masyarakat ada di posisi 125,9 pada Oktober 2022. Frekuensi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2022.
"Berbeda dari pola-pola di tahun sebelumnya, tingkat belanja sejak awal Juni 2022 hingga akhir November 2022 masih terus dalam pola flat di sekitar level pra-Ramadan, kurang lebih telah berlangsung 6 bulan terakhir," tulis Mandiri Institute dalam laporannya Brief of Latest Consumers Spending.
Volume belanja pada November bahkan mengalami kontraksi sebesar 1% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kontraksi ini adalah yang pertama kalinya sejak Juli 2021 di mana Indonesia tengah dihantam badai varian Delta.
Bila produksi rokok legal turun, maka peredaran rokok illegal justru meningkat cukup tajam pada tahun ini.
Jumlah rokok illegal yang beredar di masyarakat mencapai 5,5% pada tahun ini, meningkat dibandingkan pada 2020 yang tercatat 4,9%.
Jumlah penindakan rokok ielgal mencapai 19.399 sepanang tahun ini. Jumlah ini melonjak tajam dibandingkan 13.125 pada 2021. Nilai rokok illegal yang diamankan pada 2022 diperkirakan menembus Rp 548,32 miliar.
"Dari sisi nilainya, jumlah nilai yang ditangani dari kurva rokok ilegal ini mencapai lebih dari setengah triliun. Jadi, memang frekuensi maupun value-nya makin meningkat," imbuh Sri Mulyani.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae)