Newsletter

Siap-Siap Ya! Ekonomi RI Bakal Melambat, PHK Massal Berlanjut

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 December 2022 06:05
Bendera Inggris
Foto: Inggris (AP Photo/Alastair Grant)

Sebelum memulai perdagangan hari ini hingga beberapa hari ke depan di pekan ini, investor sebaiknya mencermati beberapa agenda ekonomi dari dalam negeri, maupun luar negeri.

Sepanjang pekan ini, sentimen masih terkait dengan kebijakan suku bunga terbaru The Fed, di mana pada Rabu pekan ini, The Fed akan menggelar rapat FOMC sekaligus mengumumkan kebijakan suku bunga terbaru.

Konsensus pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp atau lebih rendah dari sebelumnya yang mencapai 75 bp, seiring dengan tekanan inflasi yang terus mereda.

Namun sebelum pengumuman suku bunga terbaru The Fed, pada Selasa pekan ini, data inflasi berdasarkan konsumen (IHK) AS periode November 2022 akan dirilis.

Konsensus pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK akan kembali melandai sedikit menjadi 7,3% (yoy) dan turun menjadi 0,3% (mtm). Sedangkan IHK inti juga akan melandai menjadi 6,1%.

Inflasi menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya. Sehingga, perilisan IHK kali ini kembali akan dipantau secara ketat oleh The Fed.

Pasar juga akan memantaunya dengan ketat dari data IHK bulan lalu dan sekaligus untuk membuktikan bahwa The Fed memang benar-benar ingin mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya.

Sementara dari dalam negeri, ada ekspektasi surplus neraca dagang berlanjut dengan nilai mencapai US$ 4,4 miliar atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 5,7 miliar.

Kebijakan Fed yang sudah diantisipasi serta berlanjutnya surplus neraca dagang diharapkan mampu menjadi katalis positif untuk aset-aset keuangan domestik terutama saham dan nilai tukar rupiah.

Pada hari ini, beberapa data penting dari global akan dirilis, di mana salah satunya yakni data pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris periode kuartal III-2022 dan November 2022.

Pada kuartal III-2022, data final dari PDB Inggris diperkirakan akan kembali lesu menjadi -0,4%, dari sebelumnya pada kuartal II-2022 sebesar 0,2%.

Secara teknis, perekonomian Inggris telah memasuki resesi. Ekonom di Danske Bank memperkirakan pertumbuhan PDB negatif selama empat kuartal berturut-turut dan pertumbuhan tidak akan kembali hingga kuartal keempat 2023.

"Angka PDB kuartal ketiga menandai awal resmi resesi dan ekonomi kemungkinan akan semakin melemah dari sini. Kami memperkirakan pertumbuhan PDB negatif selama empat kuartal berturut-turut. Pertumbuhan positif tidak akan kembali hingga kuartal keempat 2023. Tingkat pengangguran akan naik ke 5% pada akhir periode prakiraan," kata ekonom Danske Bank.

Tekanan inflasi akan tetap tinggi selama 2023, memaksa bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Namun, pengamat menilai bahwa BoE dapat menurunkan suku bunga acuannya pada 2024.

Tak hanya data PDB saja yang akan dirilis, data ekonomi Inggris lainnya juga akan dirilis pada hari ini, seperti data produksi industri periode Oktober 2022 dan data neraca perdagangan periode Oktober 2022.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular