Newsletter

Siap-Siap Ya! Ekonomi RI Bakal Melambat, PHK Massal Berlanjut

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
12 December 2022 06:05
bursa amerika New York Stock Exchange Wall Street market
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)

Beralih ke AS, mayoritas bursa saham Wall Street pada perdagangan pekan lalu terpantau ambles.

Secara point-to-point pada pekan lalu, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) terpantau ambles 2,77%, S&P 500 ambrol 3,37%, dan Nasdaq Composite ambruk 3,99%.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, Dow Jones ditutup merosot 0,9%, S&P 500 melemah 0,74%, dan Nasdaq terkoreksi 0,7%.

Pada Jumat lalu, inflasi berdasarkan produsen (Indeks Harga Produsen/IHP) AS periode November 2022 dilaporkan turun menjadi 7,4% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu sebesar 8,1%.

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam bulan lalu masih sama seperti Oktober lalu, yakni sebesar 0,3%. IHP inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, juga melampaui ekspektasi.

Investor di AS akan menanti rilis data inflasi berdasarkan konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada Selasa besok. Mereka berharap bahwa inflasi kembali melandai, agar The Fed benar-benar mengurangi laju kenaikan suku bunga acuannya.

Sebelumnya pada Oktober lalu, IHK AS dilaporkan melandai ke 7,7% (yoy) dibandingkan September (8,2%). Tetapi, IHK Oktober lalu masih jauh di atas target The Fed yakni 2%.

Sehari setelah perilisan IHK AS bulan lalu, The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC). Inflasi menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan moneternya.

Polling Reuters menunjukkan 93% responden memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bp. The Fed sudah menaikkan suku bunga acuan secara agresif sebesar 375 bp sepanjang tahun ini menjadi 3,75-4,0%.

"Sepanjang tahun ini, pergerakan bursa saham saat ini sangat tergantung pada data inflasi dan seterusnya akan seperti itu," tutur senior wealth advisor Payne Capital Management, Courtney Garcia, dikutip dari CNBC International.

Investor telah lama mengharapkan perubahan dari sikap pengetatan agresif The Fed, tetapi data berkata lain, di mana data tenaga kerja dan data aktivitas jasa masih cukup baik.

"Harapan kami bahwa kami benar-benar perlu melihat inflasi turun mendekati suku bunga Fed Funds agar The Fed berhenti bersikap agresif," kata Stephanie Lang, kepala investasi di Homrich Berg, dikutip dari CNBC International.

"Masih ada sedikit pekerjaan yang harus dilakukan di depan inflasi untuk benar-benar melihat itu sebagai kenyataan," tambahnya.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular