Market Commentary
Akuisisi & Aksi Korporasi Udah, Bank Permata (BNLI) Memble

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja harga saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) yang dulunya dimiliki oleh Astra International dan Standard Chartered terus melorot sepanjang tahun ini.
Secara year to date, harga saham BNLI telah drop 26,06%. Jauh di bawah kinerja pasar yang tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menorehkan capaian positif dengan apresiasi lebih dari 7%.
Sebelum dicaplok oleh Bangkok Bank, Astra International dan Standard Chartered masing-masing mengempit 44,56% saham BNLI.
Keduanya melepas seluruh kepemilikan sahamnya di BNLI kepada Bangkok Bank yang menggantikannya sebagai pemegang saham pengendali.
Saat diakuisisi, Bangkok Bank mengempit 89,12% kepemilikan. Namun karena menjadi pemegang saham pengendali dengan kepemilikan lebih dari 50% maka pihak Bangkok Bank melakukan penawaran tender offer.
Harga akuisisi dipatok di Rp 1.347/unit sehingga nilai transaksinya mencapai Rp 33 triliun atau setara dengan 1,63 kali nilai bukunya. Harga tender offer juga dipatok sama dengan harga akuisisi.
Setelah resmi dimiliki oleh Bangkok Bank, BNLI melakukan aksi korporasi berupa right issue dengan nilai jumbo mencapai hampir Ro 11 triliun.
Dana hasil PUT IX, setelah dikurangi biaya-biaya emisi yang menjadi kewajiban perseroan, akan dipergunakan untuk memperkokoh struktur permodalan perseroan dan seluruhnya akan digunakan untuk membiayai peningkatan kredit dan aset produktif lainnya dalam rangka pengembangan usaha.
Berdasarkan Surat Pernyataan Kesanggupan dari Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) tertanggal 20 April 2021, Bangkok Bank menyatakan bahwa selaku pemegang 27.681.421.384 saham BNLI atau 98,71% saham, Bangkok Bank akan melaksanakan seluruh HMETD yang dimilikinya.
Sehubungan dengan dana yang dibutuhkan untuk melaksanakan haknya, Bangkok Bank telah menyetorkan Rp 10.821.490.000.000 atau Rp 10,82 triliun pada 21 Desember 2020.
Namun sayang, akuisisi BNLI oleh Bangkok Bank dan aksi korporasi lanjutan yang dilakukan tidak membuat harga sahamnya bergerak naik. Justru yang terjadi malah sebaliknya.
Meskipun laba bersih BNLI meningkat pesat sampai 2,65 kali pada periode 9 bulan 2022 mencapai Rp 2,2 triliun, tetap saja saham BNLI sepi peminat dan tidak likuid ditransaksikan di pasar.
[Gambas:Video CNBC]
IHSG Melemah, Ini Saham Pemberatnya
(trp/trp)