
Tiba-Tiba JP Morgan Sentil Astra (ASII), Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham PT Astra International Tbk (ASII) anjlok hingga menyentuh harga terendah sejak era pandemi Covid-19. Penurunan harga yang tajam dipengaruhi oleh penjualan mobil yang lesu. Pasalnya sektor otomotif menjadi nadi utama pendapatan perusahaan.
Kondisi ini membuat perusahaan investasi JP Morgan mengganjar rating netral untuk ASII. Meskipun naik daru underweight, namun JP Morgan masih melihat ada potensi penurunan performa keuangan ASII.
"Menurut kami sulit untuk melihat positif pada saham karena pertumbuhan pendapatan jangka panjang tampaknya dapat diabaikan," ungkap JP Morgan dalam laporannya, Rabu (5/6/2024).
Ada dua hal yang membuat JP Morgan menilai ASII terdapat risiko penurunan kinerja. Pertama, penjualan mobil yang lesu dan masuknya mobil listrik BYD. Maka dari itu JP Morgan memprediksi harga saham ASII akan berada di rentang 4.000 - 5.000 per saham.
JP Morgan dalam laporan Januari 2024 memperkirakan kehadiran BYD akan mengancam penjualan mobil Astra.
"Kami yakin masuknya BYD akan membawa perubahan paradigma dan hilangnya 8% pangsa pasar Astra dalam dua tahun ke depan," ungkap JP Morgan.
Ancaman mobil BYD sudah terlihat di Thailand. Perusahaan mobil listrik asal China tersebut berhasil menjual 30 ribu unit pada 2023 (sekitar 4% dari pangsa pasar) atau tahun pertama BYD hadir di Thailand.
Sebagai catatan per Mei 2024, pangsa pasar ASII sebesar 58% untuk mobil domestic. Adapun penjualan mobil tercatat 71.263 unit, turun 13,3% dibandingkan Mei 2023. Jumlah penjualan mobil ASII periode Januari-Mei 2024 tercatat 334.969 unit, anjlok 20,96% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kinerja Keuangan
Perseroan mencatatkan penurunan kinerja pada kuartal pertama tahun 2024. Tercatat laba bersih berjalan ASII anjlok 15,81% menjadi Rp9,76 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp11,59 triliun.
Begitu juga pada laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk kuartal I 2024 tercatat turun 14,39% menjadi Rp7,46 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,72 triliun.
JP Morgan dalam laporannya yang terbaru memproyeksikan laba ASII akan turun 16,4% pada 2024 menjadi Rp28,2 triliun.
Anjloknya laba bersih Perseroan berasal dari penurunan pendapatan pada kuartal I 2024 sebesar 2,13% menjadi Rp81,21 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp82,98 triliun.
Walaupun dalam mencatatkan margin, Perseroan justru mencatatkan kenaikan tipis pada margin kuartal I 2024 menjadi sebesar 21,65%, dibandingkan pada kuartal I 2023 sebesar 21,35%. Hal ini berarti, meskipun terdapat penurunan penjualan, namun Perseroan berhasil melakukan efisiensi pada beban pokok pendapatannya.
Selain dari turunnya pendapatan, terdapat kenaikan pada beban umum dan administrasi pada kuartal I 2024 menjadi Rp4,56 triliun, dibandingkan pada periode yang sama sebesar Rp4,07 triliun.
Selain mencatatkan penurunan laba bersih, Perseroan juga mencatatkan penurunan kas bersih pada kuartal I 2024 menjadi Rp6,31 triliun, dibandingkan pada periode sebelumnya sebesar Rp11,63 triliun.
Jika dirinci secara detail, turunnya kas pada periode kuartal I 2024 berasal dari meningkatnya pembayaran kepada pemasok hingga pembayaran gaji karyawan yang berada di arus kas aktivitas operasi.
Adapun, pembayaran pinjaman jangka pendek yang meningkat juga mendorong pengurangan pada arus kas aktivitas pendanaan.
(ras/ras)