
Penguatan Rupiah Hanya Masalah Waktu atau Cuma Mimpi?

Dari eksternal, The Fed yang segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga sempat membuat rupiah menguat dalam 3 hari beruntun pekan lalu.
Pada Kamis pekan lalu, dalam rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi November para pejabat The Fed sepakat untuk segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
"Mayoritas partisipan menilai pelambatan laju kenaikan suku bunga akan tepat jika segera dilakukan," tulis risalah tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (24/11/2022).
Bank sentral paling powerful di dunia ini akan kembali mengadakan rapat kebijakan moneter pada pertengahan Desember mendatang. Pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% dengan probabilitas sebesar 73%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group.
![]() |
Seperti diketahui, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% - 4%.
Risalah tersebut juga menunjukkan dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, para pejabat The Fed bisa mengevaluasi dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.
Sebelumnya harapan akan mengendurnya The Fed muncul setelah tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada Oktober, sementara inflasi menurun.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.
Kemudian inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan tumbuh 7,7% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy).
Inflasi tersebut sudah mulai menurun sejak Juli lalu, semakin menjauhi rekor tertinggi 40 tahun di 9% yang dicapai pada Juni lalu.
Meski The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, bukan berarti tekanan bagi rupiah selesai. Memang tekanan akan sedikit berkurang, tetapi kenaikan suku bunga The Fed seberapa pun itu tetap menjadi penekan rupiah.
Pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir sudah memprediksi The Fed akan menaikkan 50 basis poin bulan depan, dan rupiah masih tetap sulit menguat.
Selain itu, yang menjadi fokus utama sebenarnya bukan berapa basis poin kenaikan, tetapi seberapa tinggi suku bunga The Fed di akhir periode pengetatan moneter.
Berdasarkan data FedWatch, pasar melihat suku bunga berada di sekitar 5% pada Maret 2023, yang kemungkinan menjadi akhir kampanye kenaikan.
Artinya, ada tambahan sekitar 125 basis poin dari level saat ini. Artinya, agar rupiah mampu menguat, BI ke depannya juga harus tetap menaikkan suku bunga acuannya.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Analisis Teknikal
(pap/pap)