
Sah! The Fed Segera Kendurkan Kenaikan Suku Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Harapan pelaku pasar agar bank sentral Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal dengan Federal Reserve (The Fed) mengendurkan laju kenaikan suku bunganya sepertinya akan menjadi nyata.
Dalam rilis risalah rapat kebijakan moneter edisi November para pejabat The Fed sepakat untuk segera mengendurkan laju kenaikan suku bunga.
"Mayoritas partisipan menilai pelambatan laju kenaikan suku bunga akan tepat jika segera dilakukan," tulis risalah tersebut, sebagaimana dilansir CNBC International, Kamis (24/11/2022).
Bank sentral paling powerful di dunia ini akan kembali mengadakan rapat kebijakan moneter pada pertengahan Desember mendatang. Pasar melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 4,25% - 4,5% dengan probabilitas sebesar 75%, berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group.
![]() |
Seperti diketahui, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell sebelumnya sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin empat kali beruntun hingga suku bunga saat ini menjadi 3,75% - 4%.
Risalah tersebut juga menunjukkan dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil, para pejabat The Fed bisa mengevaluasi dampak dari kenaikan agresif sebelumnya.
Sebelumnya harapan akan mengendurnya The Fed muncul setelah tingkat pengangguran di Amerika Serikat mengalami kenaikan pada Oktober, sementara inflasi menurun.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan tingkat pengangguran bulan Oktober naik menjadi 3,7% dari bulan sebelumnya 3,5%.
Kemudian inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) dilaporkan tumbuh 7,7% year-on-year (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dari bulan sebelumnya 8,2% (yoy).
Inflasi tersebut sudah mulai menurun sejak Juli lalu, semakin menjauhi rekor tertinggi 40 tahun di 9% yang dicapai pada Juni lalu.
CPI inti dilaporkan tumbuh 6,3% (yoy), turun dari Oktober 6,5% (yoy).
Beberapa pejabat The Fed juga menyatakan laju kenaikan suku bunga akan diturunkan. Presiden The Fed wilayah Dallas, Lorie Logan beberapa waktu lalu mengatakan suku bunga masih akan tetapi dinaikkan, meski dalam laju yang lebih lambat.
"Saya percaya mengendurkan laju kenaikan suku bunga akan tepat, jadi kita bisa menilai dengan lebih baik bagaimana perkembangan kondisi finansial dan ekonomi," kata Logan.
The Fed yang menaikkan suku bunga dengan agresif membuat pasar finansial dunia bergejolak, mata uang termasuk rupiah rontok, bursa saham pun bergerak volatil.
Meski The Fed akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya, bukan berarti tekanan bagi rupiah selesai. Memang tekanan akan sedikit berkurang, tetapi kenaikan suku bunga The Fed seberapa pun itu tetap menjadi penekan rupiah.
Pelaku pasar dalam beberapa hari terakhir sudah memprediksi The Fed akan menaikkan 50 basis poin bulan depan, dan rupiah masih tetap sulit menguat.
Selain itu, yang menjadi fokus utama sebenarnya bukan berapa basis poin kenaikan, tetapi seberapa tinggi suku bunga The Fed di akhir periode pengetatan moneter.
Berdasarkan data FedWatch, pasar melihat suku bunga berada di sekitar 5% pada Maret 2023, yang kemungkinan menjadi akhir kampanye kenaikan.
Artinya, ada tambahan sekitar 125 basis poin dari level saat ini. Dengan demikian, Bank Indonesia (BI) berpeluang kembali menaikkan suku bunga dalam beberapa Rapat Dewan Gubernur (RDG) ke depannya guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Rupiah Melemah Terus, Bi Telat Kerek Suku Bunga?
Pada Kamis (17/11/2022) Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin menjadi 5,25%.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate sebesar 50 menjadi 5,25%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (17/11/2022).
Adapun suku bunga deposit facility menjadi 4,5% dan suku bunga lending facility sebesar menjadi 6%.
Dengan demikian, BI sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 175 bps hanya dalam waktu 4 bulan beruntun. BI juga menaikkan suku bunga dengan cukup agresif, 50 basis poin dalam 3 bulan beruntun.
Meski sudah menaikkan suku bunga dengan agresif, nyatanya rupiah masih sulit menguat. Sepanjang tahun ini pelemahannya sekitar 9% dan berada di dekat Rp 15.700/US$.
BI pertama kali menaikkan suku bunga pada Agustus lalu, sementara The Fed sudah lebih dulu pada Maret. BI memang belakangan menaikkan suku bunga, tetapi bukan berarti ketika lebih dulu atau ahead the curve, rupiah akan mampu menguat.
Beberapa bank sentral lainnya sudah lebih dulu menaikkan suku bunga ketimbang The Fed, bahkan sudah sejak akhir tahun lalu.
Bank sentral Korea (Bank of Korea/BoK) misalnya, sudah menaikkan suku bunga sejak Agustus 2021 lalu. Hingga Oktober lalu, BoK sudah menaikkan suku bunga sebanyak 8 kali dengan total 250 basis poin menjadi 3%.
Namun, langkah tersebut tidak cukup membuat mata uang won menguat. Sebaliknya malah menjadi salah satu yang terburuk di Asia.
Sepanjang tahun ini pelemahnnya sekitar 12%, bahkan sempat hingga 20% pada akhir Oktober lalu di kisaran KRW 1.445/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak Maret 2009.
Ada lagi Bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) yang sudah menaikkan suku bunga sejak Desember 2021. Sepanjang tahun ini nyatanya kurs poundsterling merosot lebih dari 12%. Bahkan pada 26 September lalu sempat menyentuh GBP 1,0382/US$ yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah.
Otoritas Moneter Singapura juga sudah mengetatkan kebijakan moneternya sejak Oktober tahun lalu, dolar Singapura sepanjang tahun ini tercatat masih melemah sekitar 2%
Bank sentral Kanada (Bank of Canada/BoC) menaikkan suku bunga di bulan yang sama dengan The Fed, juga sangat agresif. Suku bunga BoC saat ini sebesar 3,75% dari sebelumnya 0,25%. Dolar Kanada pun masih melemah sekitar 5% melawan dolar AS.
Artinya, menaikkan suku bunga lebih dulu ketimbang The Fed tidak akan menjamin mata uang mampu menguat.
Faktanya, berdasarkan data dari Refinitiv, hanya 3 mata uang di dunia yang mampu menguat melawan dolar AS di tahun ini, rubel Rusia, peso Meksiko, dan real Brasil.
Dua negara yang disebutkan terakhir suku bunganya sudah dobel digit, masing-masing 10% dan 13,75%.
Brasil sudah menaikkan suku bunga sejak Maret 2021 lalu dari 2%. Kali terakhir suku bunga dinaikkan pada Agustus lalu sebesar 50 basis poin. Artinya bank sentral Brasil sejak kuartal I-2021 sudah menaikkan suku bunga sebesar 1175 basis poin.
Kenaikan tersebut tentunya jauh dari The Fed yang sejauh ini menaikkan 375 basis poin. Sementara bank sentral lainnya, meski lebih dulu menaikkan suku bunga, tetapi lebih rendah ketimbang The Fed.
(pap/pap) Next Article Lapor Pak Jokowi! Investor Asing Kabur dari RI Jelang Pilpres 2024
