Newsletter

Wall Street Merah, IHSG Tunggu Booster Data Neraca Dagang

Feri Sandria, CNBC Indonesia
15 November 2022 06:09
Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok
Foto: Aktivitas bongkar muat ekspor impor di Pelabuhan New Priok, Jakarta Utara, Jumat (25/2/2022). (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Investor dan pelaku pasar patut menyimak sejumlah isu penting yang dapat menjadi sentimen pasar utama perdagangan pekan ini, mulai dari neraca dagang, kebijakan moneter BI hingga pergolakan di pasar kripto.

Pertama, investor patut menyimak kondisi pasar ekuitas AS yang kompak ditutup melemah setelah salah satu pejabat the Fed mengirimkan sinyal negatif dan mengatakan investor bereaksi berlebihan terhadap data inflasi yang lemah minggu lalu. Dia mengatakan pasar harus bersiap untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.

Kedua, sentimen yang patut dicermati yakni gelaran KTT G20 yang akan berlangsung pekan ini di Bali selama dua hari mulai Selasa 15 November hingga Rabu 16 November 2022. Pada

Presiden RI Joko Widodo beserta berbagai Kepala Negara dari 20 anggota KTT G20 akan hadir dalam acara tersebut. Kemarin, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping untuk pertama kalinya bertemu secara langsung dalam kapasitas sebagai pemimpin negara. Sebelumnya Biden pernah bertemu langsung dengan Xi kala menjabat sebagai Wapres AS. Sedangkan sejak resmi dilantik awal 2021 lalu, Biden hanya berkomunikasi dengan Xi lewat panggilan telepon dan video, karena kendala pandemi yang masih ganas.

Mengangkat tema "Recover Together, Recover Stronger" sejumlah bahasan penting mulai dari keamanan pangan hingga transformasi digital akan didiskusikan oleh pemimpin negara ekonomi utama dunia.

Pertemuan dua negara paling berpengaruh di dunia saat ini sangat dinantikan oleh investor, mengingat ketegangan antanra China-AS dapat menyeret ekonomi global dan pasar keuangan secara luas. Saat ini kedua negara tersebut masih berseteru di banyak bidang mulai dari teknologi terkait chip hingga perselisihan yang kian runyam terkait independensi Taiwan.

Investor tentu berharap komunikasi baik dapat terjalin antara kedua negara tersebut sehingga tidak menambah kegentingan global baru.

Ketiga, rilis data Neraca Perdagangan Indonesia per Oktober 2022 yang dijadwalkan akan dirilis pagi ini pukul 11.00 WIB. Adapun data terbaru untuk September, neraca perdagangan RI tercatat surplus senilai US$ 4,99 miliar.

Konsensus Trading Economics memproyeksi bulan ini neraca perdagangan RI kembali surplus dan memperpanjang rekor menjadi surplus 30 bulan beruntun. Meski demikian angkanya diprediksi turun menjadi US$ 4,5 miliar. Penurunan ini - apa lagi jika gapnya semakin besar dari bulan lalu - dapat menjadi sentimen yang kurang mengenakkan bagi pasar keuangan, khususnya rupiah. Sebaliknya, apabila pengumuman pagi ini bisa melampaui konsensus pasar, data neraca dagang dapat berpotensi menjadi booster dan menambah kepercayaan diri investor.

Selanjutnya, investor secara sabar dan seksama menantikan kebijakan moneter yang akan diumumkan Bank Indonesia (BI) Kamis (17/11) mendatang, dengan konsensus Trading Economics memprediksikan BI mulai mengatur nafas dengan menaikkan suku bunga acuannya hanya sebesar 25 basis poin (bps), melambat dari dua siklus sebelumnya. Kenaikan ini membawa tingkat suku bunga acuan BI naik dari 4,75% menjadi 5%.

Sementara tingkat suku bunga Deposit Facility dan suku bunga Lending Facility di proyeksi akan naik yang masing-masing sebesar 25 bps menjadi 4,25% dan 5,75%.

Kemudian dari ranah global, investor juga patut menyimak kondisi bursa kerja di sejumlah negara dengan China dan Inggris hari ini mengumumkan data tingkat pengangguran, diikuti oleh Uni Eropa yang akan mengumumkan pembacaan awal perubahan jumlah tenaga kerja di kawasan euro.

Sentimen terakhir yang juga patut dicermati adalah saga kehancuran bursa kripto FTX. Saat ini CEO perusahaan telah mengundurkan diri dan diikuti oleh pendaftaran perusahaan ke pengadilan kebangkrutan AS. Miliar dolar uang investor kripto diperkirakan lenyap akibat kelalaian ini dan diprediksi bakal mengirim hentakan ke pasar keuangan secara luas, khususnya pasar kripto. Masih belum diketahui secara pasti seberapa besar dampak yang akan terjadi ke pasar ekuitas dan keuangan secara umum, mengingat saat ini kasus tersebut masih berlangsung.

Namun apabila saga ini ikut menyeret sejumlah nama besar lain, investor dan pelaku pasar wajib mewaspadai potensi penularan ke pasar keuangan yang lebih luas.

(fsd/fsd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular