Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia beragam pada perdagangan kemarin (9/11/2022). Rupiah mampu menguat di kala pasar saham dan obligasi loyo.
Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,74% ke posisi 7.050,126. IHSG gagal bertahan di level psikologis 7.100.
Pada perdagangan sesi I , IHSG dibuka menghijau di posisi 7.102,43. Namun, hanya selang satu menit saja, indeks mendadak berbalik arah dengan koreksi 0,28% ke 7.082,78. Kemudian pada pukul 10:12 WIB, IHSG terpantau makin terkoreksi 0,33% ke 7.078,94 hingga akhir perdagangan sesi I.
Sedangkan di perdagangan sesi II, pelemahan IHSG pun berlanjut. Menjelang akhir perdagangan , IHSG sempat menyentuh level terendah hariannya di 7.039,25. Namun pada akhir perdagangan, pelemahan IHSG pun terpangkas meski tak bisa kembali ke zona hijau.
Nilai transaksi indeks pada mencapai sekitaran Rp 12 triliun dengan melibatkan 35 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 235 saham menguat, 276 saham melemah dan 197 saham stagnan.
Sejalan dengan pasar saham, harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah. Mayoritas investor melepas SBN ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield). Kecuali SBN tenor 10 dan 20 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan turunnya yield.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara turun 1,9 basis poin (bp) ke posisi 7,431%. Sedangkan yield SBN berjatuh tempo 20 tahun turun tipis 0,5 bp menjadi 7,392%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sementara itu, mata uang Garuda mampu mencatat penguatan tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Mengacu pada data Refinitiv, mata uang Garuda langsung menguat 0,29% ke Rp 15.660/US$ saat pembukaan perdagangan pasar spot. Pukul 11:00 WIB rupiah terpantau kembali memangkas penguatannya menjadi 0,16% ke Rp 15.680/US$.
Kemudian, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.695/US$, menguat tipis 0,06% di pasar spot. Posisi ini masih menjadi level tertinggi sejak 30 April 2020 lalu.
Indeks utama bursa saham Amerika Serikat Wall Street kompak menguat pada penutupan perdagangan Selasa (8/11/2022). Gerak Wall Street ditopang oleh pemilihan paruh waktu yang dapat mempengaruhi tingkat pengeluaran dan regulasi pemerintah.
Dow Jones Industrial Average naik 334 poin, atau 1%, kenaikan tiga hari berturut-turut. S&P 500 naik 0,6% ke 3.828 dan Nasdaq Composite naik 0,5% menjadi 10.616
Pelaku pasar mengharapkan Partai Republik untuk mengambil kembali Dewan Perwakilan Rakyat dan mungkin memenangkan Senat juga ketika hasil mulai bergulir pada Selasa malam.
Investor cenderung menyukai gagasan 'kemacetan' di Washington dengan Kongres dan Presiden yang terbagi karena akan membatasi pengeluaran pemerintah, pajak dan peraturan baru.
"Reaksi pasar keuangan terhadap kemenangan Partai Republik harus diredam, karena hasil DPR sudah diharapkan secara luas, dan hasil Senat membuat sedikit perbedaan pada hasil kebijakan jika Partai Republik mengendalikan DPR," tulis Jan Hatzius dari Goldman Sachs dalam sebuah catatan.
"Kemenangan Demokrat yang mengejutkan di DPR dan Senat kemungkinan akan membebani ekuitas, karena pelaku pasar mungkin mengharapkan kenaikan pajak perusahaan tambahan," tambah Hatzius.
Secara historis, pasar cenderung naik hingga akhir tahun dan hingga 12 bulan setelah pemilihan paruh waktu karena investor lega mendapatkan kejelasan tentang kebijakan masa depan.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak mampu menembus level resisten 7.100 pada penutupan sesi perdagangan kemarin. Hari ini pasar saham Indonesia berpotensi bergerak beragam dan didorong oleh pengaruh dalam maupun luar negeri. IHSG bergerak beragam dengan resisten di 7.100 dan support di 7.015.
Pertama luar negeri indeks utama Wall Street kompak menguat pada perdagangan kemarin (8/11/2022). Indeks Dow Jones bahkan naik hingga 1%.
Investor saat ini terus mencermati hasil pemilihan paruh waktu Amerika Serikat, yang mana suara para pelaku pasar menjagokan republik untuk memenangkan kongres.
Selain Pemilu, investor juga menanti tingkat inflasi konsumsi AS pada Oktober yang diperkirakan 8% year-on-year/yoy, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 8,2%. Inflasi menjadi fokus utama karena dapat menentukan sikap bank sentral AS, The Federal Reserves/The Fed.
Kemudian China sebagai mitra dagang utama Indonesia akan mengumumkan tingkat inflasi konsumen untuk Oktober.
Menurut konsensus, inflasi tahunan China pada Oktober diperkirakan akan melandai menjadi 2,4% yoy dari bulan sebelumnya 2,8% yoy. Sementara secara bulanan, inflasi China diperkirakan akan stagnan di 0,3%.
Beda dengan negara lain, ekonomi terbesar kedua ini memiliki inflasi yang rendah. Penyebabnya adalah China masih berjibaku melawan virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
China memiliki prinsip Zero Covid yang membuat wilayah di Negeri Panda tersebut rentan lockdown yang membuat ekonomi berjalan lebih lambat. Inflasi bisa menjadi cerminan dari daya beli China, sehingga saat inflasi turun cenderung memberikan sentimen negatif.
Sentimen dari dalam negeri datang dari rilis makroekonomi yang makin menegaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini baik-baik saja.
Bank Indonesia melaporkan IKK Oktober sebesar 120,3, lebih tinggi dari bulan sebelumnya 117,2. IKK menggunakan angka 100 sebagai ambang batas antara zona optimis dan pesimis. Di atasnya 100 artinya optimis, semakin tinggi tentunya semakin bagus.
Saat konsumen semakin optimistis, maka belanja bisa mengalami peningkatan yang pada akhirnya mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia. Seperti diketahui, belanja rumah tangga merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia, di kuartal III-2022 kontribusinya lebih dari 50%.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan realisasi produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2022 tumbuh 5,72% (year on year (yoy). Rilis tersebut sedikit lebih tinggi dari proyeksi pemerintah 5,7%, dan Bank Indonesia (BI) 5,5%.
"Tren pertumbuhan ekonomi tahunan persisten selama empat kuartal berturut sejak kuartal IV 2021. ini menandakan pemulihan ekonomi terus berlanjut dan semakin menguat," ungkap Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (7/11/2022).
Penjualan ritel Indonesia juga menjadi sentimen penggerak IHSG. Diperkirakan akan melandai pertumbuhannya menjadi 4,1% yoy pada September dibandingkan bulan sebelumnya 4,9% yoy.
Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:
Inflasi China (08.30 WIB)
Penjualan Ritel Indonesia (10.00 WIB)
Pasokan Minyak Amerika Serikat (22.30 WIB)
Berikut beberapa jadwal aksi korporasi hari ini:
Initial Public Offering (IPO) PT Puri Sentul Permai Tbk (KDTN)
Initial Public Offering (IPO) PT Promadaya Plastisindo Tbk Tbk. (PDPP)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q3-2022 YoY) | 5,72 % |
Inflasi (Oktober 2022, YoY) | 5,71% |
BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2022) | 4,75% |
Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022) | -3,92% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q2-2022) | 1,1% PDB |
Cadangan Devisa (September 2022) | US$ 130,8 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA