Newsletter

Era Suku Bunga Rendah Berakhir, Bagaimana Nasib IHSG Dkk?

Putra, CNBC Indonesia
04 November 2022 06:00
Seorang pria berjalan melewati bank sentral China, atau People's Bank of China, di Beijing, Minggu, 10 Maret 2019.  (AP/Andy Wong)
Foto: Seorang pria berjalan melewati bank sentral China, atau People's Bank of China, di Beijing, Minggu, 10 Maret 2019. (AP/Andy Wong)

Pasar masih terbebani dengan gagasan bahwa harapan suku bunga kembali dipangkas adalah hal yang terlalu dini dilakukan di tengah inflasi yang tetap tinggi.

Namun di sisi lain kebijakan moneter yang agresif juga membuat perekonomian bisa melambat. Sayangnya perlambatan ekonomi masih belum tercermin terutama dari sisi data ketenagakerjaan AS.

Data Initial Jobless Claims AS dilaporkan mencapai 217 ribu hingga 29 Oktober 2022. Angka tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 218 ribu.

Bahkan angka initial jobless claims juga di bawah perkiraan konsensus pasar yang memproyeksi akan ada 220 ribu.

Kondisi pasar tenaga kerja AS yang masih kuat di satu sisi juga memicu adanya ekspektasi bahwa pengetatan moneter masih bisa dilanjutkan karena kuatnya ketenagakerjaan dan upah akan cenderung mendorong inflasi naik.

Selain Fed, bank sentral Inggris yaitu BoE juga mengambil langkah kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) menjadi 3%. Kebijakan ini sudah sesuai dengan perkiraan konsensus.

Bank sentral negara-negara Barat memang terkenal agresif dalam mengerek naik suku bunga acuan. Hal ini berbeda dengan kebijakan bank sentral di beberapa negara Asia terutama China.

People's Bank of China (PBoC) selama ini justru masih mempertahankan sikap dovishnya di tengah ekonomi China yang juga sedang melambat akibat kebijakan zero covid policy dan sektor properti yang diambang krisis.

Setahun lebih setelah krisis likuiditas yang dialami oleh pengembang properti China Evergrande Group terjadi, kondisi pasar properti Negeri Tirai Bambu justru semakin menyedihkan sekarang.

Harga dan volume penjualan properti juga mengalami penurunan secara konsisten. China Index Academy (CIA) melaporkan harga rumah di 100 kota di China drop 4 bulan berturut-turut hingga Oktober 2022.

Sementara itu penjualan properti di 100 kota di China juga dilaporkan turun 20% year on year (yoy) pada Oktober 2022 oleh CIA.  

Penurunan kinerja sektor properti tersebut membuat ekonomi China dibayangi oleh perlambatan yang nyata. Goldman Sachs menyebut bahwa kontribusi sektor real estate di China diperkirakan mencapai 18%-30% dari PDB.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular