Newsletter

Era Suku Bunga Rendah Berakhir, Bagaimana Nasib IHSG Dkk?

Research - Putra, CNBC Indonesia
04 November 2022 06:00
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto) Foto: Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (11/10/2022). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga aset keuangan domestik baik saham maupun Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan. Namun sayang, nilai tukar rupiah masih melemah.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound dari korkesi dan menutup perdagangan Kamis (3/11/2022) di zona hijau dengan apresiasi 0,27% di 7.034,57.

Di awal perdagangan IHSG sempat terlempar keluar dari level psikologis 7.000 dan menyentuh posisi terendahnya di 6.962,85.

Meskipun IHSG menguat, tetapi mayoritas saham mengalami pelemahan. Statistik perdagangan mencatat ada 280 saham yang melemah, 248 saham yang terkoreksi dan 164 saham stagnan.

Kinerja IHSG kemarin juga terbilang impresif karena berdasarkan return, IHSG mampu menjadi jawara dunia. Suatu hal yang patut diapresiasi ketika mayoritas indeks saham global mengalami pelemahan.

Di kawasan Asia, banyak indeks saham acuan yang melemah lebih dari 1%, sebut saja KLCI Malaysia, STI Singapura dan bahkan indeks Hang Seng Hong Kong drop 3% lebih.

Namun kinerja IHSG masih tertahan di kisaran 7.000-7.100 belakangan ini. Memang belum ada katalis positif yang mendukung dari sisi sentimen.

Sejalan dengan kinerja saham, harga SBN tenor acuan juga mengalami penguatan yang tercermin dari penurunan imbal hasil (yield).

Untuk seri acuan 5 tahun yaitu FR0090, yield-nya turun 4 basis poin (bps) menjadi 7,04%. Sedangkan untuk yield SBN acuan tenor 10 tahun yaitu FR0091, yield-nya turun 2 bps menjadi 7,43%.

Namun jika dibandingkan dengan kondisi awal tahun jelas bahwa yield mengalami kenaikan yang mengindikasikan pelemahan harga.

Pelemahan harga obligasi negara terjadi seiring dengan adanya outflows dana asing yang jumbo hingga ratusan triliun rupiah.

Hal ini berbeda dengan pasar saham yang justru mencatatkan inflow jumbo. Fenomena ini mencerminkan bahwa investor asing lebih memilih saham dibandingkan dengan SBN.

Namun sayang outflow jumbo yang terjadi di pasar SBN turut membuat nilai tukar rupiah mengalami depresiasi.

Kemarin, rupiah melemah lagi terhadap dolar AS di pasar spot sebesar 0,32% ke Rp 15.695/US$. Rupiah sudah hampir tembus Rp 15.700/US$ dan terdepresiasi 10,14% sepanjang tahun ini.

Rupiah terus melemah seiring dengan dolar AS yang menguat tajam dengan kebijakan Fed yang agresif mengerek suku bunga acuan.

Saktinya Jay Powell Bikin Investor Pusing
BACA HALAMAN BERIKUTNYA
HALAMAN :
1 2 3 4
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading