Jakarta, CNBC Indonesia - PT Adhi Karya (ADHI) melakukan aksi korporasi yakni penambahan modal Penawaran Umum Terbatas (PUT) II dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Rights Issue (RI). Targetnya bisa meraup Rp1,9 triliun dana segar dari publik.
Gelarannya pun sudah dimulai pada 24 Oktober 2024, yakni cum date di pasar Reguler dan Pasar Negosiasi. Artinya pemilik saham hingga tanggal tersebut mendapatkan hak dalam aksi korporasi tersebut, Penjatahan final efek yang dipesan akan dilaksanakan pada 11 November 2022.
Selain mendapatkan dana dari masyarakat, ADHI juga akan mendapatkan Rp1,98 triliun dari Penyertaan Modal negara (PMN). Jika di total, ADHI akan mengantongi Rp3,87 triliun dari publik dan negara.
Berdasarkan keterbukaan informasi di laman idx.co.id uang tersebut akan digunakan untuk peningkatan kapasitas usaha ADHI dalam penyelesaian Proyek Strategis Nasional. Adapun proyek tersebut yakni Tol Solo-Yogyakarta YIA Kulonprogo, Tol Yogyakarta-Bawen dan SPAM Karian-Serpong (Timur), dan pengembangan bisnis lainnya baik di bidang infrastruktur maupun bisnis berbasis lingkungan.
Dana yang dihimpun akan menjadi penting bagi ADHI untuk menyediakan modal kerja dalam menyelesaikan pembangunan infrastruktur. Selain itu juga mampu menjaga rasio hutang ADHI karena ada dukungan modal.
Muhammad Naufal Yunas mencatat dalam risetnya, rasio hutang bersih terhadap ekuitas ADHI akan turun menjadi 1,32x dari 2,18x (tanpa modal RI dan PMN). Begitu juga dengan rasio liabilitas dibandingkan ekuitas menjadi 3,29x.
 Foto: BRI Danareksa Ekuitas ADHI Paska Right Isuue dan PMN |
ADHI memiliki 174 proyek berjalan pada tahun ini dengan empat proyek besar yakni proyek jalan tol, MRT, dan smelter.
Jalan Tol Sigli-Banda Aceh dengan nilai kontrak Rp8,2 triliun. Selanjutnya ADHI memiliki proyek besar yang menghubungkan Bawen - Yogyakarta - Kulonprogo - Solo dengan nilai total sebesar Rp13 triliun.
Kemudian proyek MRT Jakarta CP 201 dan CP202 yang masing-masing memiliki kontrak sebesar Rp1,4 triliun dan Rp2,8 triliun. Proyek terbesar terakhir yakni smelter Manyar yang memiliki nilai proyek Rp1,8 triliun.
Hingga September 2022 saat ini ADHI telah merealisasikan kontrak baru senilai Rp18,1 triun. Nilai tersebut meningkat 57,3% dibandingkan dengan perolehan pada September 2021. Mayoritas merupakan bisnis konstruksi yang kontribusinya mencapai 90%.
Sementara berdasarkan tipe pekerjaan, hingga September 2022 proyek jalan dan jembatan yang paling banyak diantara lainnya.
Proyek yang mendorong pertumbuhan nilai kontrak baru ADHI adalah pembangunan Ibu Kota Negara Baru (IKN) dengan nilai Rp1,4 triliun. Perolehan kontrak tersebut didominasi oleh proyek pembangunan Jalan Tol IKN Seksi 3A Segmen Karangjoang - Kariangau dengan nilai kontrak Rp1,1 T. Selain itu, ADHI juga telah memperoleh kontrak pekerjaan proyek pembangunan hunian pekerja dan tender jembatan Pulau Balang.
Pertumbuhan Kinerja yang Solid
ADHI mencatatkan pertumbuhan yang solid hingga semester pertama 2022. Pendapatan ADHI tumbuh 42,34% sepanjang Januari hingga Juni 2022 menjadi Rp6,3 triliun. Laba kotor yang didapat pun tumbuh 4% menjadi Rp699,3 miliar.
Perusahaan konstruksi pelat merah tersebut mampu mencatatkan pertumbuhan laba operasi sebesar 18% menjadi Rp561,9 miliar. Sementara laba bersih yang berhasil diraup pada paruh pertama 2022 senilai Rp10.2 miliar, melesat 24% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun demikian, harga bahan baku yang tinggi telah menekan margin dari ADHI. Hal ini tercermin dari marjin operasi yang turun menjadi 8,9% dari periode sebelumnya pada 2021 sebesar 10,8%.
Kemudian melihat sisi arus kas operasi ADHI telah membaik, di mana pada periode kuartal kedua 2022 positif Rp484 miliar. Pendorongnya adalah penerimaan dana dari pelanggan yang tumbuh hingga 105% menjadi Rp4,6 triliun.
Meskipun demikian, tingginya harga bahan baku akan memberikan tantangan bagi biaya ADHi yang akan berdampak pada marjin yang mengecil dan laba bersih perusahaan. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menambah risiko meningkatnya beban bunga yang dibayar. Ini karena bunga pinjaman ADHI yang sebagian bersifat mengambang. Sehingga akan menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga.
 Foto: ADHI, Refinitiv, dan diolah Ringkasan Performa Keuangan ADHI |
Kuartal keempat adalah periode emas ADHI karena kinerjanya yang menguat setidaknya dalam 10 tahun terakhir. Pada periode ini pendapatan, laba operasi, hingga arus kas operasi berada di zona positif.
Melihat ekonomi yang mulai pulih tren ini berpotensi berlanjut pada kuartal empat 2022. Sehingga kinerja secara kuartalan ADHI akan makin baik.
 Foto: Refinitiv Kinerja ADHI |
Kinerja keuangan kuartalan yang baik pada kuartal empat mendorong optimisme investor terhadap saham ADHI yang turut mengungkit harga sahamnya. Ditambah dengan adanya momentum window dressing yang memberikan keuntungan di akhir tahun.
Berdasarkan bagan seasonality ADHI pada bulan Desember, rata-rata harga saham BUMN Karya ini berada di zona positif dalam sepuluh tahun terakhir. Rata-rata performa harga saham ADHI dalam 10 tahun terakhir pada Desember naik 6,76%.
 Foto: Refinitiv Seasonality ADHI |
Faktor lain yang membuat menarik adalah di tengah guyuran dana segar untuk modal kerja dan mampu membuat rasio hutangnya turun, valuasi relatif ADHI yang masih murah. Valuasi berdasarkan nilai buku (PBV) ADHI saat ini berada di bawah rata-ratanya dalam lima tahun sehingga masih ada ruang untuk harganya naik.
 Foto: Berbagai sumber dan diolah P/B Band ADHI |
TIM RISET CNBC INDONESIA