Newsletter

Setelah "Keajaiban" di Wall Street, Sanggupkah IHSG Bangkit?

Maesaroh, CNBC Indonesia
14 October 2022 06:05
Bursa saham Amerika Serikat (AS)  Wall Street
Foto: Bursa saham Amerika Serikat (AS) (AP Photo/Richard Drew)

"Keajaiban" menyambangi Wall Street pada perdagangan kemarin. Bursa saham Amerika Serikat tersebut berbalik secara frontal dari anjlok lebih dari 2% pada awal perdagangan menjadi menguat 2% lebih pada akhir perdagangan.  

Pembalikan arah yang luar biasa pada perdagangan kemarin juga  mengakhiri tren negatif bursa AS yang sudah berkutat di zona merah sejak Rabu pekan lalu atau dalam enam hari terakhir.

Indeks Dow Jones melonjak 827, 87 poin atau 2,83% dan mengakhiri perdagangan di posisi 30.038,72. Padahal, indeks sempat ambles 500 poin di awal perdagangan. Indeks S&P mengakhiri perdagangan di posisi 3.669,91. Indeks menguat 92,88 poin atau 2,6% setelah sempat ambruk 2,4% lebih pada awal perdagangan.
Indeks Nasdaq melesat 232,05 poin atau 2,23% dan mengakhiri perdagangan di posisi 10.649,15 padahal sempat anjlok hampir 3% pada awal perdagangan.

Pembalikan arah secara frontal merupakan respon pelaku pasar atas data inflasi AS September. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan inflasi AS mencapai ke 8,2% (year-on-year/yoy) pada September.

Laju inflasi memang lebih rendah dibandingkan pada Agustus yang tercatat 8,3% (yoy) tetapi masih di atas ekspektasi pasar yakni 8,1% (yoy). Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi tercatat 0,4% pada September atau meningkat dibandingkan pada Agustus yang tercatat 0,1%. Inflasi inti menyentuh 6,6 % (yoy) pada September, level tertingginya sejak 1982 atau 40 tahun terakhir.

Data inflasi membuat pelaku pasar menghapus harapan mereka jika The Fed akan melonggarkan kebijakan moneter dalam waktu dekat. Namun, pelaku pasar juga mulai meyakini jika inflasi AS sudah mencapai puncaknya dan akan terus melandai ke depan.

Kedua faktor itulah yang membuat perdagangan kemarin berlangsung sangat "liar". Bursa saham ambruk pada awal perdagangan sebagai respon atas data inflasi yang masih di atas ekspektasi.
Namun, pelaku pasar kemudian berbalik arah. Rally secara masif terjadi setelah dua jam perdagangan. Indeks Dow Jones melonjak hingga 600 poin sampai pukul 11: 30 pagi waktu setempat.

Indeks Dow Jones menguat hingga 1.500 poin dari posisi terendah hingga tertinggi selama perdagangan kemarin. Indeks S&P juga mencatatkan comeback luar biasa.

Pembalikan arah dalam perdagangan intraday indeks S&P kemarin adalah terbesar kelima dalam sejarah S&P dan empat terbesar dalam sejarah Nasdaq.

Pada indeks Dow Jones, saham dengan kinerja paling positif adalah JPMorgan Chase & Co yang melonjak 5,56%, Walgreens Boots Alliance Inc yang melesat 5,35%, dan Chevron Corp yang menguat 4,85%.

Pada indeks S&P, saham yang menjadi top gainers adalah Domino's Pizza yang terbang 10,48%, Warner Bros Discovery Inc yang melesat 7,20%, dan KeyCorp yang melonjak 7,18%.

Top gainers pada indeks Nasdaq adalah Nutex Health Inc yang terbang 72,40%, Fednat Holding yang melesat 56,48%, dan Digital Brands Group Inc yang melonjak 44,93%. 

"Mungkin ini terakhir kali kita melihat inflasi yang lebih tinggi daripada ekspektasi dan selanjutnya inflasi akan melandai. Apa yang terjadi pada perdagangan intraday membuktikan sifat alamiah dari "pemburu" di bursa," tutur Liz Ann Sonders, chief investment strategist Charles Schwab, dikutip dari CNBC International.

Chief investment strategist Baker Avenue Asset Management King Lip mengatakan pembalikan arah lebih ditopang oleh teknikal.

"Pelaku pasar mungkin melihat data inflasi sebagai hal yang negatif dan mereka mulai melakukan aksi short covering. Pelaku pasar juga sudah melakukan priced in terhadap data inflasi," tutur King Lip, dikutip dari Reuters.

Namun, Greg Swenson dari investment bank Brigg Macadam mengingatkan pembalikan arah yang frontal kemarin juga menjadi sinyal jika perdagangan ke depan masih akan sangat volatile.

"Saya pikir kita salah jika terlaku bersemangat mengenai rally ini. Kenaikan mungkin hanya sementara. Ini adalah rally yang terjadi dalam kondisi bear market. Saya pikir kita harus bersiap mendengar banyak kabar buruk ke depan," tutur Swenson.

(mae/luc)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular