
Sentimen Masih Ngeri-Ngeri Sedap, Mampukah IHSG Bangkit?

Pada awal perdagangan pekan ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen, salah satunya adalah ambruknya kinerja bursa saham AS pada pekan lalu. Kinerja Wall Street yang mengecewakan bisa menjadi sentiment negatif ke pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.
Data inflasi AS pada September menjadi fokus utama perhatian pelaku pasar pada pekan ini. Data inflasi AS memang baru akan keluar pada Kamis tetapi jika ekspektasi inflasi AS naik dampaknya sudah bisa menggoyang pasar jauh-jauh hari sebelumnya.
Sebagai catatan, inflasi AS ada Agustus tercatat 8,3% (yoy), melandai dibandingkan Juli yang tercatat 8,5%.
Sentimen lain yang bisa menentukan pergerakan IHSG hari ini adalah masih kencangnya kekhawatiran resesi. Kekhawatiran tersebut telah disampaikan sejumlah lembaga. Dana Moneter Innternasional (IMF) bahkan sudah memberi peringatan berulang mengenai ancaman tersebut.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva, Minggu (9/10/2022), menyatakan bahwa risiko resesi dan ketidakstabilan keuangan terus meningkat. Ia mengatakan prospek ekonomi global 'gelap' mengingat guncangan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, serangan Rusia ke Ukraina, dan bencana iklim di semua benua.
"Kami mengalami perubahan mendasar dalam ekonomi global, dari dunia yang relatif mudah diprediksi ... ke dunia dengan lebih banyak kerapuhan - ketidakpastian yang lebih besar, volatilitas ekonomi yang lebih tinggi, konfrontasi geopolitik, dan bencana alam yang lebih sering dan menghancurkan," katanya dalam pidato di Universitas Georgetown dikutip Reuters, Minggu (9/10/2022).
Dia mengatakan semua ekonomi terbesar di dunia - Eropa, China, dan Amerika Serikat - sekarang melambat, yang mengurangi permintaan ekspor dari negara-negara berkembang, yang sudah terpukul keras oleh harga pangan dan energi yang tinggi.
IMF/Bank Dunia sendiri akan menggelar Annual Meetings pada 10-16 Oktober 2022 di Washington DC. Pada pertemuan pekan ini, mereka akan membahas mengenai situasi perekonomian terkini.
Kekhawatiran juga tengah meliputi semenanjung Korea setelah Korea Utara dikabarkan kembali menembakkan dua rudal balistik pada Minggu pagi (8/10/2022).
Penembakan rudal sebagai balasan atas latihan militer AS, Jepang, dan Korea Selatan.
Mengutip Reuters, Menteri Pertahanan Jepang, Toshiro Ino menyebutkan, kedua rudal mencapai ketinggian 100 km (60 mil) dan mencakup jangkauan 350 km.
Masih terkait ketegangan geopolitik, Presiden AS Joe Biden pada Sabtu (8/10/2022) mengingatkan bahwa ancaman perang nuklir saat ini semakin mendekati kenyataan. Biden mengatakan pernyataan Presiden Rusia Vladimir Putin yang akan mengancam bakal menggunakan senjata nuklir dalam invasinya di Ukraina bukanlah suatu bercandaan.
Biden mengingatkan penggunaan senjata nuklir bisa membawa dunia ke akhir zaman (armageddon).
"Pertama kali sejak krisis rudal Kuba, kami memiliki ancaman langsung penggunaan (dari) senjata nuklir jika pada kenyataannya segala sesuatunya terus berlanjut di jalur yang mereka (Rusia) tuju," seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (8/10/2022).
Dari dalam negeri, data yang perlu dicermati pasar hari ini adalah survei konsumen yang akan dikeluarkan Bank Indonesia. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September menjadi penting karena akan mencerminkan perilaku konsumen dalam berbelanja setelah ada kenaikan harga BBM Subsidi awal September lalu serta lonjakan inflasi.
Mandiri Spending Index menunjukkan laju inflasi telah menahan belanja masyarakat. Tingkat belanja di tiga minggu pasca kenaikan harga BBM sedikit lebih rendah dibanding sebelum kenaikan.
"Salah satu pendorong perlambatan pertumbuhan belanja masyarakat karena beban dampak kenaikan BBM," tulis Bank Mandiri dalam laporannya Consumer Updates: Cautious Consumers, Slowing down Spending.
Pelemahan belanja akan mempengaruhi keuntungan banyak perusahaan di Indonesia, terutama yang berbasis consumer goods.
Kendati diselimuti berbagai sentimen negatif, CEO dari PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya memperkirakan IHSG akan berpotensi menguat dan kemungkinan bergerak di kisaran 6996 - 7137. Dia menjelaskan peluang kenaikan mulai terlihat dalam jangka pendek.
"Momentum tekanan masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target investasi jangka panjang, hari ini IHSG berpotensi menguat," tutur William dalam analisisnya.
(mae/luc)