
Sentimen Masih Ngeri-Ngeri Sedap, Mampukah IHSG Bangkit?

Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street berakhir di zona merah pekan lalu. Amblesnya Wall Street pada Jumat semakin memperpanjang tren negatif yang sudah berlangsung sejak Rabu pekan lalu.
Pada Jumat (7/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 630,15 poin atau 2,11% ke 29.296,79. Sementara itu, indeks S&P 500 anjlok104,86 poin atau 2,80% menjadi 3.639,66 dan indeks Nasdaq Composite ambruk 420,91 poin atau 3,8% ke 10.652,4.
Kendati ambruk pada Rabu-Jumat, secara keseluruhan bursa AS masih menguat sepekan. Dalam sepekan, S&P masih menguat 1,51%, Dow Jones naik 1,99% sementara Nasdaq menanjak 0,73%. Penguatan dalam sepekan ditopang oleh rally besar pada Senin dan Selasa.
Pada Jumat, bursa AS anjlok setelah data tenaga kerja AS untuk September keluar. Biro statistik Tenaga Kerja AS mengumumkan ada peningkatan jumlah pekerja sebanyak 263.000 pada September. Jumlah tersebut memang jauh lebih rendah dibandingkan 315.000 pada Agustus. Namun, tingkat pengangguran melandai ke 3,5% pada September 2022 dari 3,7% pada Agustus.
Meskipun penambahan pekerja melandai tetapi angkanya masih terbilang solid. Dengan data yang masih solid, pasar pun berekspektasi jika kebijakan hawkish bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan bertahan lama.
"The Fed tidak akan membantu pasar. Kebijakan mereka untuk mengejar stabilitas harga bahkan bisa membuat pasar saham terkapar," tutur Christopher Harvey, analis dari Wells Fargo Securities, dikutip dari CNBC International.
Kenaikan suku bunga The Fed akan melambungkan dolar AS dan hal ini tidak sepenuhnya membawa keberuntungan bagi perusahaan AS.
Laporan FactSet menunjukkan dari perusahaan yang tercatat di bursa S&P dan sudah melaporkan laporan keuangan pada kuartal III-2022, setengah dari mereka terdampak negatif oleh penguatan dolar AS. Sementara itu, 65% menunjukkan jika mereka terdampak besar oleh ongkos tenaga kerja dan 55% terimbas oleh gangguan rantai pasok.
Analis Wall Street memperkirakan pendapatan perusahaan akan naik 2,4% (year on year) pada kuartal III-2022, terendah sejak kuartal III-2020.
(mae/luc)