
Wall Street 'Ijo Royo Royo', IHSG Bisa All Time High?

Beralih ke Negeri Paman Sam, bursa saham Wall Street ditutup melesat pada perdagangan Selasa (04/10/2022), di mana imbal hasil (yield) kembali turun karena sentimen positif di pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) sukses reli tajam 2,8% ke 30.316,32. Serupa, indeks S&P 500 ditutup melesat 3,1% ke 3.790,93 dan Nasdaq Composite naik tajam 3,3% ke 11.176,41.
Dengan begitu, di sepanjang pekan ini, indeks S&P 500 telah membukukan kenaikan 5,7% dan menjadi kenaikan terbesar selama dua hari beruntun sejak Maret 2020.
Pasar ekuitas memiliki awal yang kuat pada bulan ini, membalikkan penurunnya pada September 2022 dan kuartal sebelumnya. Pada perdagangan Senin (3/10/2022), indeks Dow Jones ditutup melesat 2,66% dan menjadi posisi penutupan terbaiknya sejak 24 Juni 2022. Sedangkan indeks S&P 500 naik tajam 2,59% dan menjadi yang terbaiknya sejak 27 Juli 2022. Nasdaq juga berakhir melesat 2,27%.
"Setelah ambles lebih dari 9% di sepanjang September 2022 dan anjlok hampir 25% di sepanjang tahun ini, kita menilai indeks S&P 500 telahoversold," tutur Ketua Investasi UBS Global Wealth Mark Haefele dikutipCNBC International.
"Selain itu, beberapa aksi jual pada pekan lalu mungkin didorong oleh penyeimbangan kembali kuartal akhir, yang kini telah berakhir. Dengan sentimen yang minim untuk pasar ekuitas,reboundĀ secara periodik diharapkan, tapi pasar kemungkinan akan tetap bergejolak dalam waktu dekat, terutama didorong oleh ekspektasi seputar inflasi dan suku bunga," tambahnya.
Sentimen telah meningkat dalam dua hari terakhir karena yield obligasi tenor 10 tahun turun dan diperdagangkan sekitar 3,63% pada Selasa (04/10), setelah pekan lalu sempat menyentuh di atas 4%.
Selain itu, angka lowongan pekerjaan AS per Agustus 2022 mengalami penurunan 10% dari 11,2 juta menjadi 10,05 juta pekerjaan. Hal tersebut menjadi kabar baik di pasar.
"Orang-orang suka menunggu kabar baik tapi...kita tidak akan memiliki pemulihan di pasar ini sampai Fed memberi sinyal bahwa mereka akan berhenti menaikkan suku bunga dan itu tidak akan terjadi sampai inflasi mulai turun," tutur Analis Neuberger Berman newman Kroft.
(aaf/luc)