
Wall Street Berguguran Lagi, Semoga IHSG Kuat Hadapi Tekanan

Mendekati akhir kuartal III-2022 pola pergerakan IHSG masih terlihat cenderung tertekan karena pasar masih diselimuti oleh kekhawatiran yang sama, yakni inflasi dan suku bunga tinggi hingga kekhawatiran resesi. Pergerakan market global maupun regional terlihat masih membayangi pergerakan IHSG saat ini.
Namun jelang rilis data di awal bulan perihal inflasi yang diperkirakan masih dalam kondisi stabil dapat memberikan sentimen positif terhadap pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang, hari ini IHSG berpotensi tertekan.
Kekhawatiran juga datang dari pernyataan ekonom yang sudah banyak ekonom yang meramalkan dunia akan memasuki resesi tahun depan. Tak bisa dipungkiri, ini membuat pasar ketar-ketir.
Inflasi masih menjadi momok mengerikan hampir di seluruh negara di dunia. Situasi ini yang bahkan diperkirakan bakal menyeret dunia ke jurang resesi tahun depan. Inflasi negara berkembang saat ini rata-rata sudah di atas 10%. Sedang inflasi negara maju sudah melebihi 8%. Padahal, inflasi di kawasan ini sebelumnya masih sekitar 0%.
Sementara untuk Indonesia sendiri, inflasi Indonesia diperkirakan akan melonjak pada September 2022 sebagai imbas kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Subsidi.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi memperkirakan inflasi September akan menembus 1,20% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm).
Jika ramalan ini benar maka ini akan menjadi inflasi tertinggi sejak Desember 2014 atau dalam 98 bulan atau lebih dari 7,5 tahun.
Hasil poling juga memperkirakan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) akan menembus 5,98% atau tertinggi sejak Oktober 2015 atau tujuh tahun terakhir.
Sementara itu, kini Amerika Serikat (AS) terkonfirmasi telah memasuki jurang resesi setelah rilis data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 tetap menunjukkan kontraksi secara tahunan.
Berdasarkan data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dirilis Kamis (29/9/2022), ekonomi AS mengalami kontraksi 0,6% secara tahunan pada kuartal II-2022, tak berubah dari pembacaan awal pada akhir Juli lalu.
Data tersebut mengonfirmasi bahwa AS telah memasuki resesi secara teknis menyusul kontraksi 1,6% pada kuartal I-2022.
Selain itu, investor patut mencermati melempem nya semua mata uang dunia termasuk rupiah terhadap dollar AS adalah fenomena global. Kurs negara lan terutama emerging market juga tertekan. Capital outflow di pasar bond Indonesia menunjukkan betapa besarnya arus modal keluar.
Kepemilikan investor asing kini tinggal sekitar 14% dari total keseluruhan, jauh di bawah persentase 'normal' di angka sekitar 38% pada 2019. Menkeu Sri Mulyani beberapa hari lalu memprediksi, trend capital outflow masih akan berlanjut.
Data Bank Indonesia berdasarkan data setelmen 1 Januari- 22 September 2022 menunjukkan investor asing mencatat jual neto sebesar Rp 148,11 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN).
Sementara itu, ramalan ekonomi juga disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapatkan bisikan dari sederet pengamat level internasional, bahwa ekonomi dunia pada tahun depan akan lebih berat.
Salah satu indikatornya adalah perang Rusia dan Ukraina yang tak berkesudahan. Tidak ada yang bisa memastikan kapan perang akan berakhir, termasuk Jokowi sendiri yang sudah bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meyakini Indonesia akan terkena 'getah' dari krisis global, sehingga mantan menteri perindustrian tersebut meminta semua pihak kompak.
Resesi global yang kali ini disebut Luhut sebagai 'perfect storm' atau badai yang sempurna dipengaruhi oleh laju inflasi tinggi yang diikuti kenaikan suku bunga secara besar-besaran di banyak negara, termasuk AS.
"Sekali lagi saya imbau tetap rapatkan barisan kita untuk hadapi perfect storm yang sekarang ini sudah mulai terlihat ekonomi dunia terguncang dimana AS akan menaikkan terus suku bunga," kata Luhut saat peluncuran Command Center Pemantauan dan Pengawasan Terintegrasi di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dikutip Kamis (29/9/2022).
Luhut memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga hingga 4,75 %. "Itu suka atau tidak suka pasti akan kena ke kita," tegasnya.
Ekonomi Indonesia sendiri, menurutnya, merupakan salah satu yang terbaik. Masalah inflasi pangan sudah mulai terkendali. Akan tetapi, dia melihat inflasi inti atau core inflation sudah naik.
(aum/sef)