
Masih Syok Suku Bunga Naik, Bagaimana Daya Tahan IHSG?

Akhir pekan lalu, Wall Street mengakhiri perdagangan berdarah-darah karena karena melonjaknya suku bunga dan gejolak mata uang asing yang kemudian meningkatkan kekhawatiran akan resesi global. Saat ini, pelaku pasar masih mengevaluasi langkah The Fed terhadap ekonomi secara luas dan pasar keuangan secara spesifik.
Ketiga indeks utama Wall Street menyelesaikan sesi perdagangan Jumat pekan lalu di zona merah. S&P 500 turun 1,72% ke 3.693,23, sedangkan indeks padat teknologi Nasdaq ambles 1,8% ke 10.867,93. Terakhir, indeks perusahaan blue chip Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1,62% ke 29.590,41.
Dow Jones Industrial mencatat level terendah baru untuk tahun ini dan ditutup di bawah 30.000 untuk pertama kalinya sejak 17 Juni. Indeks 30-saham mengakhiri hari 19,9% di bawah rekor intraday.
Keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga menandai sisi negatif pada pasar saham AS. The Fed resmi menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 75 bps dalam kali ketiga beruntun. Keputusan yang diperoleh dengan suara bulat 12 anggota komite tersebut akan menaikkan suku bunga acuan AS atau federal-funds rate (FFR) ke kisaran antara 3% dan 3,25%, level yang terakhir terlihat pada awal 2008.
Meskipun kenaikan siklus ini sejatinya sesuai dengan ekspektasi pasar, akan tetapi komentar The Fed mengindikasikan akan tetap hawkish pada pertemuan November mendatang yang semakin membuat investor waswas.
"Pasar telah bertransisi dengan jelas dan cepat dari kekhawatiran atas inflasi ke kekhawatiran atas kampanye Federal Reserve yang agresif," kata Quincy Krosby dari LPL Financial dikutip dari CNBC International
Sementara itu, imbal hasil (yield) obligasi bergerak naik, di mana tenor 2 tahun dan 10 tahun menyentuh level tertinggi lebih dari satu dekade.
Sementara sektor industri konsumer diskresi, teknologi, dan semikonduktor terpukul karena kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global.
"Anda melihat imbal hasil obligasi naik ke level yang belum pernah kita lihat selama bertahun-tahun ini mengubah pola pikir tentang bagaimana Fed mencapai stabilitas harga tanpa ada yang melanggar." Tambahnya.
Goldman Sachs memangkas target S&P 500 akhir tahun karena kenaikan suku bunga, memprediksi setidaknya penurunan 4% dari sini.
Saham yang diposisikan paling menderita dalam resesi memimpin kerugian minggu ini dengan sektor konsumen S&P 500 turun 7%. Energi merosot 9% karena harga minyak turun. Sementara itu, saham pertumbuhan termasuk nama-nama teknologi besar Apple, Amazon, Microsoft dan Meta Platforms masih jatuh pada perdagangan Jumat.
"Berdasarkan diskusi klien kami, mayoritas investor ekuitas telah mengadopsi pandangan bahwa skenario hard landing tidak dapat dihindari dan fokus mereka adalah pada waktu, besarnya, dan durasi potensi resesi dan strategi investasi untuk prospek itu," tulis Goldman Sachs. ' David Kostin dalam sebuah catatan kepada klien.
(aum/luc)