
Suku Bunga Acuan BI Diramal Naik Lagi Pekan Ini, 25-50 Bps!

Secara historis, BI selalu menaikkan suku bunga acuan pada saat terjadi kenaikan harga BBM Subsidi. Pada 2013 dan 2014, bank sentral RI tersebut bahkan sudah mengerek suku bunga sebelum kebijakan kenaikan harga BBM diumumkan.
Misalnya, BI akhirnya memutuskan untuk menaikkan BI Rate sebesar 25 bps pada 13 Juni 2013 atau sebelum kenaikan harga BBM pada 22 Juni 2013. Pada 18 November 2014, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps atau bertepatan dengan berlakunya harga baru BBM Subsidi pada 18 November 2014.
Head of Economic & Research UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja mengatakan ada kemungkinan BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps pada pekan ini.
Kenaikan suku bunga 50 bps dimungkinkan jika bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada pekan ini.
Dia mengingatkan BI perlu menjaga spread atau selisih antara suku bunga acuan dalam negeri dan AS terjaga untuk menjaga appetite investor.
"The Fed menaikkan suku bunga 100 bps artinya spreadnya menjadi sangat thinning terhadap BI rate sehingga frontloading kemungkinan terjadi (kenaikan) 50 bps semakin tinggi," ujar Enrico dalam Power Lunch, CNBC Indonesia (Senin, 19/09/2022)
The Fed akan mengumumkan kebijakan kenaikan suku bunga pada Rabu waktu Amerika Serikat atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Jika mengacu pada alat ukur FedWatch, pasar memprediksikan peluang sebanyak 80% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 75 bps menjadi 3%-3,25%. Sementara 20% lainnya memproyeksikan The Fed akan lebih agresif lagi dengan menaikkan suku bunga sebesar 100 bps menjadi 3,25%-3,5%.
Selain The Fed, Bank of England (BOE) dan Swiss National Bank (SNB) juga akan menggelar pertemuan moneter pada Kamis pekan ini di mana mereka diperkirakan akan menaikkan suku bunga.
Kenaikan suku bunga di tingkat global ini juga diperkirakan akan menjadi pertimbangan Bank Indonesia dalam menentukan suku bunga acuan pada Kamis pekan ini.
Dengan BI7DRR yang lebih tinggi, capital outflow diharapkan juga bisa ditekan karena aset domestik seperti Surat Berharga Negara (SBN) atau rupiah masih menarik.
Berdasarkan data transaksi awal tahun hingga 15 September 2022, investor asing mencatatkan net sell sekitar Rp 141,14 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 74,32 triliun di pasar saham.
"Ketidakpastian global dan lonjakan inflasi akibat kenaikan harga BBM akan membuat real rate return aset berdenominasi rupiah semakin jatuh ke zona merah. Insentif bagi investor asing untuk masuk ke pasar keuangan dalam negeri semakin rendah," tutur ekonom BCA Barra Kukuh Mamia dalam laporannya FX Reserves: Can't Fight the Fed.
Barra memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 75-100 bps hingga akhir 2022.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)