
Wall Street Rebound Nih, IHSG Bakal Menguat Lagi?

Pada hari ini, investor akan memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang mulai berbalik arah ke zona hijau pada perdagangan Rabu kemarin.
Meski Wall Street menghijau, tetapi investor masih cenderung memasang mode wait and see, karena mereka menanti perhelatan simposium Jackson Hole, di mana Powell akan berbicara di hadapan para Gubernur bank sentral.
Simposium Jackson Hole merupakan acara tahunan yang dihadiri oleh pimpinan bank sentral, menteri keuangan, akademisi hingga praktisi pasar finansial dari berbagai negara.
Pertemuan ini diadakan oleh Federal Reserve (The Fed) wilayah Kansas City di wilayah Jackson Hole, Wyoming. Simposium Jackson Hole ke 45 tahun ini mengusung tema "Reassessing Constraints on the Economy and Policy".
Dalam simposium tersebut, para peserta yang hadir akan membahas isu-isu perekonomian dunia saat ini.
Hal inilah yang bisa membuat pasar finansial dunia gonjang-ganjing. Seperti diketahui, perekonomian dunia saat ini menghadapi masalah tingginya inflasi. Bank sentral di berbagai negara sudah mengerek suku bunga dengan sangat agresif guna meredam inflasi.
Bank Indonesia (BI) juga baru saja mengerek suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,75%.
Masalahnya, meski bank sentral di negara maju sangat agresif menaikkan suku bunga, inflasi belum juga menurun. Sehingga kekhawatiran akan resesi hingga stagflasi menghantui dunia.
Pasar menanti pernyataan Powell sebagai 'bos' The Fed pada simposium Jackson Hole, terutama terkait dengan inflasi.
Seandainya Powell menyatakan inflasi belum mencapai puncaknya, maka akan berdampak buruk ke pasar finansial. The Fed kemungkinan masih akan sangat agresif menaikkan suku bunga di bulan depan.
Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan September mendatang, ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 39,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 60,5%.
Di lain sisi, beberapa data ekonomi penting akan dirilis di beberapa negara pada hari ini. Pertama yakni inflasi dari sisi produsen (producer price index/PPI) Korea Selatan periode Juli 2022.
Pasar memperkirakan PPI Negeri Ginseng pada bulan lalu akan kembali naik menjadi 9,8% secara tahunan (year-on-year/yoy). Namun secara bulanan (month-on-month/mom), PPI Korea Selatan diprediksi stabil di 0,3%.
Berikutnya masih dari Korea Selatan, bank sentral (Bank of Korea/BoK) akan mengumumkan kebijakan moneter terbarunya pada hari ini.
Pasar memprediksi bahwa bank sentral Negeri Ginseng tersebut akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 2,5%, dari sebelumnya sebesar 2,25%.
Jika saja PPI Korea Selatan kembali naik, maka bukan hal mustahil BoK akan kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Beralih ke Eropa, data ekonomi penting yang akan dirilis pada hari ini yakni data final dari pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman pada kuartal II-2022.
Pasar dalam survei Trading Economics memperkirakan PDB Jerman pada kuartal II-2022 akan berkontraksi ke level 0%. Hal ini karena ekonomi Jerman terpengaruh dari embargo energi Rusia, di mana Jerman sangat mengandalkan gas alam dari Rusia.
Asal tahu saja, Jerman menjadi pemegang kunci ekonomi Eropa, karena Jerman penyumbang sekitar seperempat dari PDB Uni Eropa.
Selain Jerman, data PDB kuartal II-2022 juga akan dirilis di AS pada hari ini. Namun, perilisan PDB Negeri Paman Sam pada hari ini masih dalam perkiraan, yakni perkiraan kedua.
Selain data perkiraan kedua, AS juga akan merilis data klaim pengangguran mingguan untuk periode pekan yang berakhir 21 Agustus 2022.
(chd/luc)