
BI Akhirnya Naikkan Suku Bunga, IHSG-Rupiah Lanjut Menguat?

Pada hari ini, investor akan memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang masih melemah pada perdagangan Selasa kemarin.
Investor terus berhat-hati jelang komentar terbaru dari Ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell tentang kondisi inflasi dan potensi kenaikan suku bunga dalam simposium ekonomi tahunan The Fed yang akan di helat di Jackson Hole, Wyoming, Jumat mendatang.
Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp) pada pertemuan September mendatang, ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 58,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 41,5%.
Di lain sisi, data aktivitas manufaktur AS yang terpantau menurun juga direspons kurang baik oleh investor di AS.
Data flash reading dari PMI manufaktur AS periode bulan ini versi Global S&P tercatat turun menjadi 45, dari sebelumnya di angka 47,7 pada Juli lalu. Angka ini menjadi yang terendah sejak Mei 2020.
Di lain sisi, dolar AS pada perdagangan kemarin cenderung terkoreksi, di mana hal ini menjadi sinyal positif bagi rupiah.
Indeks dolar AS turun 0,42% karena mata uang euro berhasil rebound, yakni naik 0,24% menjadi US$ 0,9965. Melemahnya sang greenback (dolar AS) juga sejalan dengan kenaikan yield Treasury yang kini berada di atas 3%.
Sementara itu dari dalam negeri, investor masih akan mengevaluasi langkah Bank Indonesia (BI) yang sudah menaikkan suku bunga acuannya kemarin.
Gubernur BI, Perry Warjiyo dan koleganya di luar ekspektasi menaikkan suku bunga acuan.
"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 22-23 Agustus 2022 memutuskan untuk menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 3%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,5%," ungkap Perry dalam jumpa pers usai RDG, Selasa (23/8/2022) kemarin.
Hasil RDG ini di luar dengan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia menyatakan bahwa mayoritas responden memperkirakan MH Thamrin masih mempertahankan suku bunga acuan.
Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut, 13 memproyeksi BI akan mempertahankan suku bunga acuan di 3,5%. Dua lainnya memperkirakan BI akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bp menjadi 3,75% pada bulan ini.
Perry mengungkapkan kenaikan ini merupakan langkah preemptive dan forward looking untuk menjangkar ekspektasi inflasi inti akibat kenaikan BBM nonsubsidi dan volatile food.
Dengan ini, maka suku bunga BI terendah sejak 18 bulan terakhir sudah berakhir. BI pun telah akhirnya mengikuti langkah bank sentral lainnya yang sudah menaikkan suku bunga acuannya terlebih dahulu sebelum BI.
Hanya tinggal menyisakan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), bank sentral China (People Bank of China/PBoC), bank sentral Rusia, dan bank sentral Turki yang masih menerapkan suku bunga rendah bahkan memangkas suku bunganya.
(chd/sef)