Newsletter

Ketua DPR AS Tiba di Taiwan, Xi Jinping Murka! Perang?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
03 August 2022 06:30
USA-CHINA/TAIWAN
Foto: REUTERS/FLORENCE LO

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup variatif pada perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, tetapi nilai tukar rupiah malah sebaliknya.

Kemarin, IHSG ditutup di posisi 6.988,16. Menguat 0,28% dari hari sebelumnya sekaligus jadi yang terkuat sejak 28 Juni. Selemparan batu lagi IHSG bakal menembus level 7.000.

Sejatinya perdagangan kemarin berlangsung kurang semarak. Volume perdagangan tercatat melibatkan 22,11 miliar unit saham. Lebih sedikit ketimbang rata-rata sepanjang tahun ini yaitu 23,36 miliar.

Sementara frekuensi perdagangan adalah 1,37 juta kali transaksi. Lumayan jauh di bawah rerata 2022 yakni 15,41 juta.

Kemudian nilai perdagangan ada di Rp 1,33 triliun. Sedikit di bawah rata-rata tahun ini yang Rp 1,38 triliun.

Sedangkan investor asing masih berkenan membeli aset di pasar saham Indonesia. Investor asing membukukan beli bersih Rp 892,15 miliar. Nilai akumulasi beli bersih investor asing sepanjang 2022 adalah Rp 59,78 triliun.

Akan tetapi, arus modal di pasar saham tersebut belum cukup untuk mendongrak nilai tukar rupiah. Di hadapan dolar Amerika Serikat (AS), rupiah melemah 0,13% ke Rp 14.890/US$ kala penutupan perdagangan pasar spot.

Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama berakhir melemah. Dow Jones Industrial Average (DJIA) jatuh 1,21%, S&P 500 turun 0,65%, dan Nasdaq Composite terpangkas 0,16%.

Meski begitu, ada harapan masa depan Wall Street bakal cerah. Bulan lalu, S&P 500 berhasil mencatatkan kenaikan yang impesif yaitu 9,11%. Ini adalah kinerja yang terbaik ketiga selama Juli, hanya kalah dari Juli 1939 dan Juli 1932.

Mengutip riset Bank of America, kinerja ciamik selama Juli akan menjadi bekal untuk dua bulan berikutnya. Biasanya kalau terjadi kenaikan indeks saham 5% atau lebih dalam sebulan akan disusul oleh pertumbuhan positif selama dua bulan setelahnya.

Sejak awal bursa saham Negeri Paman Sam beroperasi, 59% terjadi kenaikan pada Agustus jika bulan sebelumnya naik setidaknya 5%. Rata-rata kenaikan indeks S&P 500 pada Agustus adalah 2,01%.

Ini kemungkinan masih berlanjut pada September. Sepanjang sejarah, 55% terjadi kenaikan pada September dengan rata-rata 0,73%.

Untuk perdagangan hari ini, investor patut mencermati sejumlah sentimen yang berpotensi untuk menggerakkan pasar. Pertama tentu kabar kurang mengenakkan dari Wall Street, yang finis di zona merah. Merahnya Wall Street akan menjadi beban psikologis bagi investor di Asia, termasuk Indonesia.

Sentimen kedua, investor perlu memperhatikan perkembangan geopolitik terbaru. Bukan perang Rusia-Ukraina, tetapi hubungan AS-China.

Relasi Washington-Beijing kembali tegang karena Ketua House of Representatives Nancy Pelosi bertandang ke Taiwan. Pelosi menyebut kunjungan tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Taiwan.

"Kunjungan kami ke Taiwan adalah bentuk penghormatan dan dukungan AS terhadap demokrasi. Solidaritas AS terhadap 23 juta rakyat Taiwan adalah sangat penting untuk saat ini, karena dunia sedang dihadapkan kepada pilihan demokrasi atau otokrasi," kata Pelosi usai mendarat di Taipei, sebagaimana diwartakan Reuters.

China tentu meradang. Pasalnya, selama ini China tidak mengakui kedaulatan Taiwan sebagai sebuah negara. Taiwan, menurut China, adalah salah satu dari provinsi mereka.

Kebijakan One China Policy alias hanya ada satu China membuat Negeri Tirai Bambu geram terhadap ulah AS, terutama Pelosi. Sebagai catatan, ini adalah kunjungan pertama Ketua House of Representatives Negeri Adidaya ke Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

"Kunjungan ini berdampak parah terhadap fondasi hubungan AS-China. Ini juga merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas wilayah China," tegas Kementerian Luar Negeri China melalui keterangan tertulis.

Tidak hanya mengecam, China pun menggertak dengan mengutus sejumlah pesawat tempur untuk terbang di atas Selat Taiwan sebelum kehadiran Pelosi. Pihak militer China mengungkapkan mereka sedang memasang mode kewaspadaan tinggi dan akan melancarkan operasi militer dengan target khusus (targeted military operations).

Militer China juga menggelar Latihan tempur baik matra laut maupun udara di Selat Taiwan. Negara yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping itu pun disebut-sebut siap untuk menguji misil di wilayah timur perairan Taiwan.

Setelah perang di Ukraina meletus, dunia tidak butuh perang lainnya. Namun ketegangan di Taiwan bisa saja memunculkan konflik bersenjata baru. Semoga tidak terjadi...

Namun ketegangan AS-China tersebut sudah mempengaruhi pasar keuangan. Kemarin, bursa saham sejumlah negara ditutup melemah karena khawatir terjadi gesekan AS-China. Indeks Shanghai Composite (China), Hang Seng (Hong Kong), Topix (Jepang), dan Weighted Index (Taiwan) anjlok masing-masing 2,26%, 2,36%, 1,77%, dan 1,56%.

So, walau Wall Street memberikan harapan tetapi jika gaduh di Taiwan berlanjut maka akan menjadi risiko bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia. Ini tentu bisa membuat misi IHSG menembus 7.000 menjadi penuh tanda tanya.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Pencatatan saham perdana PT Jhonlin Agro Raya Tbk (09:00 WIB).
  • Rilis data ekspor-impor dan neraca perdagangan Jeman periode Juni 2022 (13:00 WIB).
  • Pembagian dividen PT Pembangunan Graha Lestari Indah Tbk (tentatif).
  • Pembagian dividen PT Makmur Berkah Amanda Tbk (tentatif).

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular