Newsletter

Pasar Diramal Masih Merespons Sikap BI, ke Mana Arah IHSG?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
22 July 2022 06:31
Ilustrasi Bank Indonesia
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

IHSG dalam perdagangan kemarin melemah setelah harganya mentok di area resisten. Hari ini IHSG berpotensi bergerak mixed dengan resisten di 6.910-6.946 dan support di 6.742-6.800. Sentimen penggerak IHSG akan berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 11 tahun. Kenaikan ini terjadi dalam rnagka membendung laju inflasi selangit di Benua Biru.

ECB yang menjadi bank sentral dari 19 negara yang berbagi mata uang Euro mengejutkan pasar dengan mendorong suku bunga acuannya naik 50 basis poin (bp), lebih tinggi dari prakiraan sebesar 25 bp. Hal ini membawa suku bunga deposito ke nol persen.

Sebelumnya ECB telah mempertahankan suku bunga pada posisi terendah dalam sejarah tepatnya di level suku bunga negatif 0,5 bp sejak 2014. Ini untuk menangani krisis utang negara Eropa dan juga sebagai booster ekonomi kala pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) menyerang.

Fokus investor saat ini beralih ke bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserves/The Fed) yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 0,75 poin persentase (75 bps) akhir bulan ini.

Suku bunga The Fed bakal di antara 2,25% dan 2,5%. Apalagi setelah inflasi negeri Paman Sam tembus 9,1% bulan lalu.

Kenaikan suku bunga akan membuat biaya konsumsi dan ekspansi bisnis akan makin mahal. Ketika bank sentral menaikkan suku bunganya, hal ini akan berpengaruh kepada suku bunga bank kredit konsumsi dan korporasi. 

Dari dalam negeri investor diperkirakan masih akan merespons keputusan BI yang mempertahankan suku bunga 3,5%.

Alasan BI masih tahan suku bunga acuan adalah dengan mempertimbangkan kondisi inflasi. yang cenderung rendah. Khususnya inflasi inti pada Juni 2022 masih di bawah 3%.

"Keputusan ini konsisten dengan inflasi inti yang terjaga di tengah risiko perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian dalam negeri," ujarnya.

"BI akan mewaspadai risiko ekspektasi inflasi dan inflasi inti ke depan serta memperkuat bauran kebijakan yang diperlukan. Baik dengan stabilisasi nilai tukar, operasi moneter dan suku bunga."

(ras/ras)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular