IHSG di Persimpangan, Bakal Bullish atau Terjebak Sideways?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kemarin cukup optimis ditandai dengan menguatnya pasar saham Indonesia dan rupiah. Sayangnya obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) melemah.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 1,15% ke 6.736,09 pada perdagangan Selasa (19/7/2022).
Melambungnya IHSG pada hari ini menempatkan indeks berada di peringkat satu regional Asean dan Asia Pasifik. Bursa Asia Pasifik sendiri ditutup bervariasi.
Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,65% ke posisi 26.961,68, Shanghai Composite China naik tipis 0,04% ke 3.279,43, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 1,15% ke 6.736,092.
Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong merosot 0,89% ke 20.661,06, Straits Times Singapura melemah 0,13% ke 3.117,79, ASX 200 Australia terkoreksi 0,56% ke 6.649,6, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,18% ke posisi 2.370,97.
Sementara itu, rupiah menguat dalam dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah sukses menguat 0,05% ke Rp 14.975/US$.
Dari pasar obligasi, mayoritas investor kembali melepas SBN hari ini ditandai dengan naiknya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 30 tahun turun tipis 0,2 basis poin (bp) ke posisi 7,453% pada perdagangan hari ini.Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara melanjutkan penguatan sebesar 3 bp ke 7,416% pada perdagangan hari ini.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
(ras/luc)