
IHSG di Persimpangan, Bakal Bullish atau Terjebak Sideways?

IHSG saat ini berada di area resisten sehingga kenaikan pun sudah terbatas dan rawan mengalami koreksi dalam jangka pendek. Tampaknya IHSG cenderung masih akan bergerak dalam rentang area support 6.600 - 6.640 dan resisten di 6.740 - 6.757. Sebab investor yang masih mengamati dinamika inflasi dan kebijakan moneter berbagai negara.
Jika menguat dan berhasil menembus resisten, tujuan berikutnya ke 6.800. Sedangkan jika IHSG jatuh dan menembus support, pemberhentian berikutnya di 6.585. Faktor global masih menjadi motor penggerak IHSG hari.
Bank sentral (Reserve Bank of Australia/RBA) merilis notula rapat kebijakan moneternya edisi Juli 2022, di mana seluruh anggota dewan gubernur RBA sepakat untuk mengambil langkah yang diperlukan guna meredam inflasi.
RBA di bawah pimpinan Philip Lowe dalam pengumuman kebijakan moneter awal bulan ini menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1,35%. Ini lebih agresif dari konsensus sebesar 25 bps.
Dengan demikian, RBA sudah menaikkan suku bunga 3 bulan beruntun dan berada di titik tertinggi sejak Mei 2019, atau sebelum pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19).
Kemudian di Eropa inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) final di Eropa, mencapai 8,6% year-on-year (yoy) di Juni. Ini lebih tinggi dari dari rilis awal 8,1% (yoy) dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah.
Dengan inflasi yang semakin tinggi, ada kemungkinan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) akan lebih agresif dalam menaikkan suku bunga.
Pun dengan Inggris pada siang waktu Indonesia nanti akan mengumumkan tingkat inflasinya. Konsensus yang dihimpun oleh Reuters, inflasi Inggris diperkirakan akan mencapai 9,3% pada Juni. Ini lebih tinggi dibanding Mei sebesar 9,1%.
Inflasi yang mencapai angka tersebut atau bahkan lebih, dapat menjadi landasan bank sentral Inggris (BoE) menaikkan suku bunganya kembali pada Agustus. Saat ini suku bunga BoE sebesar 1,25%.
Dari dalam negeri, fokus investor tertuju kepada keputusan Bank Indonesia (BI) apakah akan menaikkan suku bunga atau tetap mempertahankan di 3,5%.
Apabila mencermati sinyal yang diberikan oleh geng MH Thamrin, kemungkinan besar BI akan menahan suku bunga acuan bulan Juli ini. Senada dengan BI, mayoritas ekonom juga melihat bank sentral nasional tersebut akan tetap menahan BI 7 Day Reverse Repo Rate dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) besok (21/7/2022).
Kenaikan suku bunga yang agresif akan memberi dampak negatif bagi pasar saham. Penyebabnya adalah kredit yang makin mahal sehingga dikhawatirkan perusahaan mulai mengerem untuk ekspansi. Hal ini akan menghambat pertumbuhan perusahaan sehingga kinerja keuangannya pun ikut terpengaruh.
(ras/luc)