Newsletter

Penuh Gejolak, Mampukah Pasar Keuangan RI Ceria Lagi?

Putra, CNBC Indonesia
11 July 2022 06:00
Financial Markets Wall Street
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Indeks saham Bursa New York akhir pekan ini juga ditutup variatif. Indeks Dow Jones dan S&P 500 melemah 0,15% dan 0,08% sedangkan Nasdaq Composite berhasil lolos dari koreksi dengan penguatan 0,12%.

Namun, berbeda nasib dengan pasar saham Indonesia yang didera koreksi, indeks saham Bursa New York terpantau naik secara mingguan.

Indeks Dow Jones naik 0,77%, indeks S&P 500 melesat 1,94% sedangkan indeks Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi 4,56%.

Pergerakan harga saham di AS juga tak lepas dari sentimen rilis data ekonomi serta risalah rapat komite pengambil kebijakan The Fed (FOMC).

Komite Fed terus mengantisipasi kenaikan lanjutan dari suku bunga acuan Fed Funds Rate sebesar 50-75 basis poin (bps) untuk pertemuan bulan Juli 2022.

Dengan kenaikan suku bunga acuan yang agresif prospek pertumbuhan ekonomi AS memang berpotensi melambat.

Namun para pengambil kebijakan lebih menitikberatkan pada upaya untuk menurunkan laju inflasi AS kembali ke 2% dan mencapai maximum employment.

Di sisi lain data ketenagakerjaan AS juga menunjukkan angka yang mengejutkan. Data non-farm payrolls AS naik 372 ribu jauh lebih tinggi dari perkiraan konsensus di 268 ribu pada Juni 2022.

Tingkat pengangguran di AS juga tetap berada di 3,6%. Data ketenagakerjaan AS yang masih positif sebenarnya adalah hal yang baik.

Namun dengan data ketenagakerjaan yang solid, pelaku pasar juga mulai mengantisipasi bahwa the Fed bisa semakin agresif dalam mengetatkan kebijakan moneternya.

Bagaimanapun juga laju inflasi yang tinggi disertai dengan kebijakan moneter yang agresif telah membuat pasar keuangan global bergejolak di sepanjang tahun ini.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular