
Wall Street Ambruk Lagi, Waspadalah!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Selasa (28/6/2022) kemarin secara mayoritas berkinerja kurang baik, di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah ditutup melemah, sedangkan harga obligasi pemerintah RI ditutup menguat.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 0,28% ke posisi 6.996,456. IHSG sempat terlempar jauh dari level psikologis 7.000. Namun di sesi II kemarin, IHSG memangkas pelemahan dan mendekati lagi level psikologis 7.000.
Sejak awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG sudah dibuka di zona merah dan konsisten bergerak di zona merah hingga akhir perdagangan Selasa kemarin.
Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 19 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,1 juta kali. Sebanyak 219 saham menguat, 296 saham melemah, dan 175 saham stagnan.
Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) hingga mencapai Rp 1,49 triliun di seluruh pasar pada perdagangan kemarin. Secara terperinci, di pasar reguler, asing net sell sebesar Rp 851,59 miliar, sedangkan di pasar tunai dan negosiasi, asing net sell sebanyak Rp 641,7 miliar.
Di Asia-Pasifik, secara mayoritas kembali menguat. Hanya IHSG dan indeks TAIEX Taiwan yang ditutup melemah. Tetapi, pelemahan IHSG masih lebih baik, di mana indeks TAIEX merosot 0,7% kemarin.
Sedangkan indeks bursa saham Filipina memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik kemarin, disusul indeks saham Malaysia dan Shanghai Composite China.
Berikut pergerakan IHSG dan bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Selasa kemarin.
Sedangkan untuk mata uang rupiah, pada perdagangan Selasa kemarin ditutup melemah cukup terhadap dolar Amerika Serikat (AS), setelah menguat cukup tajam di perdagangan awal pekan ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,14% ke Rp 14.820/US$. Rupiah menunjukkan perlawanan, sempat berbalik menguat 0,1% ke Rp 14.785/US$ sebelum kembali melemah dan berakhir di Rp 14.835/US$. Pelemahnya tercatat sebesar 0,24%.
Sementara untuk mata uang Asia-Pasifik lainnya, secara mayoritas juga mengalami pelemahan. Hanya dolar Australia, ringgit malaysia, dan baht Thailand yang menguat dihadapan sang greenback kemarin.
Berikut pergerakan rupiah dan mata uang utama Asia-Pasifik melawan dolar AS pada Selasa kemarin.
Sementara di pasar surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin, secara mayoritas mengalami penguatan harga dan penurunan imbal hasil (yield), menandakan bahwa investor ramai memburunya kemarin.
Hanya SBN tenor 15 dan 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan melemahnya harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 15 tahun dan 25 tahun naik 0,6 basis poin (bp) ke posisi masing-masing 7,518% dan 7,578%.
Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menurun 2,4 bp ke 7,292% pada perdagangan kemarin.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Berikut pergerakan yield SBN acuan pada perdagangan Selasa kemarin.
Pasar saat ini masih menimbang-nimbang outlook suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di tahun ini. The Fed memang sudah menegaskan akan bertindak agresif guna meredam inflasi.
Di bulan ini, The Fed sudah menaikkan suku bunga sebesar 75 bp menjadi 1,5% - 1,75%, dan bulan depan akan dinaikkan lagi 50 -75 bp. Di akhir tahun suku bunga diproyeksikan berada di 3,25% - 3,5%.
Namun, data indeks keyakinan konsumen yang dirilis pada Jumat pekan lalu menunjukkan penurunan yang drastis. Ketika tingkat keyakinan konsumen menurun maka konsumsi kemungkinan akan melambat yang bisa menurunkan inflasi.
Hal ini membuat pasar mulai melihat ada peluang The Fed tidak akan terlalu agresif, yang mempengaruhi pergerakan dolar AS. Indeks dolar AS pada pekan lalu merosot 0,5%, dan berlanjut 0,24% Senin lalu. Sementara pada sore kemarin, naik tipis 0,05%.
Data dari University of Michigan yang dirilis Jumat pekan lalu menunjukkan tingkat keyakinan merosot menjadi 50 di Juni, turun drastis dari bulan sebelumnya 58,4 dan merupakan rekor terendah sepanjang sejarah.
Sejalan dengan penurunan tingkat keyakinan konsumen tersebut, ekspektasi inflasi juga turun menjadi 5,3% dari sebelumnya 5,4%.
Halaman 2>>
Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa kemarin, menghapus kenaikan sebelumnya karena pasar gagal mempertahankan rebound dari posisi terendah selama pasar bearish.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,56% ke posisi 30.946,99, S&P 500 ambruk 2,01% ke 3.821,55, dan Nasdaq Composite anjlok 2,98% ke 11.181,54.
Merosotnya kembali tiga indeks utama di Wall Street terjadi setelah data ekonomi yang dirilis kemarin cenderung mengecewakan.
Indeks keyakinan konsumen (IKK) AS versi Conference Board (CB) jatuh ke angka 98,7 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 103,2 pada Mei, meleset dari perkiraan Dow Jones 100.
Data IKK yang lemah disebabkan oleh kekhawatiran resesi yang telah meningkat akhir-akhir ini karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mencoba untuk memerangi lonjakan inflasi dengan menaikan suku bunga acuannya secara agresif.
Conference Board juga mengatakan bahwa ekspektasi inflasi 12 bulan untuk survei kepercayaan konsumen berada di angka 8% pada Juni 2022, menjadi yang tertinggi sejak Agustus 1987.
"Saat ini kita berada pada titik belok dalam ekonomi, di mana pengeluaran aktual dan aktivitas ekonomi masih positif, namun kepercayaan konsumen dan kondisi keuangan (terutama suku bunga) menunjukkan perlambatan ke depan," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.
"Jika kita dapat menghindari resesi maka pasar saham cukup dihargai, namun jika kita masuk ke dalam resesi maka kita akan mengharapkan bahwa posisi terendah untuk tahun ini belum menyentuhnya," tambah Zaccarelli.
Wall Street keluar dari kerugian moderat dari sesi sebelumnya. Investor masih mencari apakah pasar sudah mencapai bottom-nyadan berharap pembalikan arah (rebound) pada pekan lalu bertahan, meskipun tampaknya tidak ada katalis positif yang jelas untuk mendukung pasar rebound.
"Salah satu panggilan yang lebih sulit dalam bisnis ini adalah mengevaluasi perbedaan antara rebound di pasar bearish dengan awal kenaikan yang lebih tahan lama," tulis Chris Verrone, analis teknis di Strategas, dilansir dari CNBC International.
Saham sektor ritel di AS setelah rilis data IKK versi CB. Saham Bath & Body Works ambles 5,8%, sedangkan saham Lowe's ambrol 5,2%, sementara saham Home Depot dan Macy's masing-masing tergelincir lebih dari 4%.
Tak hanya saham sektor ritel saja, saham teknologi juga ambruk dan membebani indeks Nasdaq kemarin, di mana saham Nvidia ambles 5,3%, saham Advanced Micro Devices ambruk 6,2%. Sedangkan saham Marvel drop 4,9%.
Namun untuk saham Qualcomm justru bergerak sebaliknya yakni melesat 3,5%, setelah seorang analis memperkirakan Apple akan menggunakan modemnya untuk iPhone di tahun 2023.
Sementara itu, saham produsen sepatu, pakaian, dan alat-alat olahraga Nike ambruk hingga 7%, setelah perusahaan itu merilis proyeksi pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal saat ini.
Nike mengatakan bahwa pihaknya melihat pendapatan datar hingga sedikit naik untuk kuartal pertama fiskal dibandingkan tahun sebelumnya dan pendapatan dua digit yang lebih rendah di tahun 2023, karena terbebani oleh kondisi pandemi Covid-19 di China.
Pada Selasa kemarin, China resmi melonggarkan pembatasan Covid-19 untuk pelancong mancanegara yang datang, dengan memangkas waktu karantina mereka pada saat kedatangan hingga setengahnya menjadi hanya tujuh hari saja di pusat kesehatan darurat.
Hal ini memberi dorongan bagi saham perjalanan dan kasino. Saham Wynn Resorts dan Las Vegas Sands masing-masing melesat 3,2% dan 4%. Saham maskapai awalnya bergerak lebih tinggi tetapi kemudian berbalik arah karena pasar berubah negatif.
Saham Disney awalnya terangkat merespons kabar baik tersebut, setelah perusahaan mengumumkan Shanghai Disneyland akan dibuka kembali minggu ini. Tetapi, saham berbalik ke zona merah jelang penutupan perdagangan kemarin.
Halaman 3>
Pada hari ini, investor akan memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali ambruk pada perdagangan Selasa kemarin.
Wall Street yang kembali ambruk terjadi karena investor cenderung kecewa dengan hasil dari data indeks keyakinan konsumen (IKK) AS versi Conference Board (CB) yang turun signifikan kemarin.
IKK AS versi CB jatuh ke angka 98,7 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 103,2 pada Mei, meleset dari perkiraan Dow Jones 100.
Data IKK yang lemah disebabkan oleh kekhawatiran resesi yang telah meningkat akhir-akhir ini karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mencoba untuk memerangi lonjakan inflasi dengan menaikan suku bunga acuannya secara agresif.
Investor juga masih mencari-cari sekaligus mengevaluasi apakah pasar saham saat ini sudah mencapai bottom-nya dan berharap rebound akan bertahan lama atau masih belum menyentuh bottom-nya dan berpotensi terkoreksi kembali.
Hal ini karena katalis pasar saat ini masih cenderung lebih mengarah negatif, apalagi pasar masih mengkhawatirkan potensi resesi di AS, meski sejatinya ekonomi di Negeri Paman Sam masih cenderung kuat.
Hal ini terlihat dari peningkatan pesanan barang tahan lama. Data yang dirilis pada Senin lalu menunjukkan pesanan untuk mobil baru atau mesin pabrik tumbuh 0,7% dari bulan sebelumnya. Pertubuhan tersebut jauh lebih tinggi dari prediksi pasar 0,1% saja.
Pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi seperti mobil dan pesawat juga tumbuh 0,7%, lebih tinggi dari prediksi pasar 0,4%.
Peningkatan pesanan barang tahan lama menjadi indikasi dunia usaha masih melakukan ekspansi bisnis. Artinya, perekonomian Amerika Serikat masih kuat meski The Fed sudah 3 kali menaikkan suku bunga, bahkan dengan agresif.
Meski pasar masih cenderung khawatir bahwa resesi berpotensi akan terjadi pada tahun ini, tetapi ada sedikit kabar baik dari China, di mana pemerintah setempat akhirnya melonggarkan karantina bagi pelancong internasional.
Para pelancong internasional yang berkunjung ke China hanya diwajibkan karantina di fasilitas darurat penanganan Covid-19 selama tujuh hari, kemudian tiga hari berikutnya boleh dihabiskan di tempat tinggal mereka masing-masing.
Hal tersebut menjadi sinyal kepada pasar bahwa Beijing telah melonggarkan sikap ketatnya dalam memberantas Covid-19.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, pemerintah Beijing mengatakan akan mengizinkan sekolah dasar dan menengah untuk melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Begitu juga dengan Shanghai yang telah menyatakan kemenangan atas virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) setelah melaporkan kasus lokal nol untuk pertama kalinya.
Pada Sabtu lalu, jumlah kasus Covid-19 di Negeri Tirai Bambu cenderung sudah lebih rendah dalam beberapa hari terakhir. Komisi pendidikan ibu kota menyatakan semua sekolah dasar dan menengah di ibu kota dapat kembali melakukan tatap muka mulai Senin kemarin.
Shanghai akan secara bertahap melonggarkan untuk makan di restoran mulai 29 Juni di daerah berisiko rendah dan daerah tanpa penyebaran Covid-19. Shanghai juga melaporkan tidak ada kasus lokal baru yang bergejala maupun tidak bergejala.
Sementara itu, perilisan data ekonomi terbaru berlanjut pada hari ini, di mana salah satunya yakni data IKK Uni Eropa periode Juni 2022. Hal ini layak diperhatikan oleh pelaku pasar karena diprediksi masih menguat 3,5% secara tahunan meski melambat dengan pertumbuhan bulanan sebesar 0,4% (dari posisi April sebesar 0,8%).
Berikutnya, data final dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2022 juga akan dirilis pada hari ini dan penting untuk diperhatikan oleh pelaku pasar, karena diprediksi terkontraksi alias minus 1,5% setelah kuartal sebelumnya melesat 6,9%. Volatilitas pasar masih cenderung tinggi pada hari ini terutama setelah pidato bos The Fed Jerome Powell.
Sementara itu di Asia-Pasifik, data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini yakni data IKK Korea Selatan dan Jepang periode Juni 2022, data penjualan ritel Jepang dan Australia periode Mei 2022, dan data inflasi dari sisi produsen di Singapura periode Mei 2022.
Halaman 4>>
Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
- Rilis data indeks keyakinan konsumen Korea Selatan periode Juni 2022 (04:00 WIB),
- Rilis data penjualan ritel Jepang periode Mei 2022 (06:50 WIB),
- Rilis data penjualan ritel Australia periode Mei 2022 (08:30 WIB),
- Rilis data indeks keyakinan konsumen Jepang periode Juni 2022 (12:00 WIB),
- Rilis data harga ekspor-impor Singapura periode Mei 2022 (12:00 WIB),
- Rilis data indeks harga produsen Singapura periode Mei 2022 (12:00 WIB),
- Rilis data indeks keyakinan konsumen Uni Eropa periode Juni 2022 (16:00 WIB),
- Rilis data final pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat periode kuartal I-2022 (19:30 WIB),
- Rilis data final indeks harga (inflasi) PCE Amerika Serikat periode kuartal I-2022 (19:30 WIB),
- Pidato Presiden bank sentral Eropa, Christine Lagarde,
- Pidato Presiden bank sentral Inggris, Andrew Bailey,
- Pidato Presiden bank sentral Amerika Serikat, Jerome Powell.
Â
Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
- RUPS-LB & Tahunan PT Asuransi Multi Artha Guna Tbk (09:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT Delta Dunia Makmur Tbk (09:30 WIB),
- RUPS Tahunan PT Industri dan Perdagangan Bintraco Dharma Tbk (09:30 WIB),
- RUPS Tahunan PT Jaya Swarasa Agung Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Sunter Lakeside Hotel Tbk (10:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT Samudera Indonesia Tbk (10:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT Semacom Integrated Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Surya Citra Media Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Puri Global Sukses Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Nanotech Indonesia Global Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Malindo Feedmill Tbk (10:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT Bank Capital Indonesia Tbk (10:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Alam Sutera Reality Tbk (10:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT Jasuindo Tiga Perkasa Tbk (10:30 WIB),
- RUPS Tahunan PT Indospring Tbk (13:30 WIB),
- RUPS Tahunan PT Batavia Prosperindo Internasional Tbk (13:30 WIB),
- RUPS Tahunan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (14:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Bank Mayapada Tbk (14:00 WIB),
- RUPS Tahunan PT Kencana Energi Lestari Tbk (14:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT BFI Finance Indonesia Tbk (14:00 WIB),
- RUPS-LB & Tahunan PT Asuransi Maximus Graha Persada Tbk (14:00 WIB),
- Pembayaran dividen tunai PT Sumber Global Energy Tbk.
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
Indikator | Tingkat |
Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2021 YoY) | 5,01% |
Inflasi (Mei 2022 YoY) | 3,55% |
BI-7 Day Reverse Repo Rate (Juni 2022) | 3,5% |
Surplus/Defisit Anggaran (APBN 2022) | 4,85% PDB |
Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q1-2022 YoY) | 0,07% PDB |
Surplus/Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (Q1-2022 YoY) | US$ 1,82 miliar |
Cadangan Devisa (Mei 2022) | US$ 135,6 miliar |
TIM RISET CNBC INDONESIA
Next Article Maaf, Bestie! Wall Street Libur, tapi Ukraina Masih Panas