
Wall Street Ambruk Lagi, Waspadalah!

Pada hari ini, investor akan memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street yang kembali ambruk pada perdagangan Selasa kemarin.
Wall Street yang kembali ambruk terjadi karena investor cenderung kecewa dengan hasil dari data indeks keyakinan konsumen (IKK) AS versi Conference Board (CB) yang turun signifikan kemarin.
IKK AS versi CB jatuh ke angka 98,7 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 103,2 pada Mei, meleset dari perkiraan Dow Jones 100.
Data IKK yang lemah disebabkan oleh kekhawatiran resesi yang telah meningkat akhir-akhir ini karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mencoba untuk memerangi lonjakan inflasi dengan menaikan suku bunga acuannya secara agresif.
Investor juga masih mencari-cari sekaligus mengevaluasi apakah pasar saham saat ini sudah mencapai bottom-nya dan berharap rebound akan bertahan lama atau masih belum menyentuh bottom-nya dan berpotensi terkoreksi kembali.
Hal ini karena katalis pasar saat ini masih cenderung lebih mengarah negatif, apalagi pasar masih mengkhawatirkan potensi resesi di AS, meski sejatinya ekonomi di Negeri Paman Sam masih cenderung kuat.
Hal ini terlihat dari peningkatan pesanan barang tahan lama. Data yang dirilis pada Senin lalu menunjukkan pesanan untuk mobil baru atau mesin pabrik tumbuh 0,7% dari bulan sebelumnya. Pertubuhan tersebut jauh lebih tinggi dari prediksi pasar 0,1% saja.
Pesanan barang tahan lama inti, yang tidak memasukkan sektor transportasi seperti mobil dan pesawat juga tumbuh 0,7%, lebih tinggi dari prediksi pasar 0,4%.
Peningkatan pesanan barang tahan lama menjadi indikasi dunia usaha masih melakukan ekspansi bisnis. Artinya, perekonomian Amerika Serikat masih kuat meski The Fed sudah 3 kali menaikkan suku bunga, bahkan dengan agresif.
Meski pasar masih cenderung khawatir bahwa resesi berpotensi akan terjadi pada tahun ini, tetapi ada sedikit kabar baik dari China, di mana pemerintah setempat akhirnya melonggarkan karantina bagi pelancong internasional.
Para pelancong internasional yang berkunjung ke China hanya diwajibkan karantina di fasilitas darurat penanganan Covid-19 selama tujuh hari, kemudian tiga hari berikutnya boleh dihabiskan di tempat tinggal mereka masing-masing.
Hal tersebut menjadi sinyal kepada pasar bahwa Beijing telah melonggarkan sikap ketatnya dalam memberantas Covid-19.
Sebelumnya pada akhir pekan lalu, pemerintah Beijing mengatakan akan mengizinkan sekolah dasar dan menengah untuk melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Begitu juga dengan Shanghai yang telah menyatakan kemenangan atas virus Corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) setelah melaporkan kasus lokal nol untuk pertama kalinya.
Pada Sabtu lalu, jumlah kasus Covid-19 di Negeri Tirai Bambu cenderung sudah lebih rendah dalam beberapa hari terakhir. Komisi pendidikan ibu kota menyatakan semua sekolah dasar dan menengah di ibu kota dapat kembali melakukan tatap muka mulai Senin kemarin.
Shanghai akan secara bertahap melonggarkan untuk makan di restoran mulai 29 Juni di daerah berisiko rendah dan daerah tanpa penyebaran Covid-19. Shanghai juga melaporkan tidak ada kasus lokal baru yang bergejala maupun tidak bergejala.
Sementara itu, perilisan data ekonomi terbaru berlanjut pada hari ini, di mana salah satunya yakni data IKK Uni Eropa periode Juni 2022. Hal ini layak diperhatikan oleh pelaku pasar karena diprediksi masih menguat 3,5% secara tahunan meski melambat dengan pertumbuhan bulanan sebesar 0,4% (dari posisi April sebesar 0,8%).
Berikutnya, data final dari pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal I-2022 juga akan dirilis pada hari ini dan penting untuk diperhatikan oleh pelaku pasar, karena diprediksi terkontraksi alias minus 1,5% setelah kuartal sebelumnya melesat 6,9%. Volatilitas pasar masih cenderung tinggi pada hari ini terutama setelah pidato bos The Fed Jerome Powell.
Sementara itu di Asia-Pasifik, data ekonomi yang akan dirilis pada hari ini yakni data IKK Korea Selatan dan Jepang periode Juni 2022, data penjualan ritel Jepang dan Australia periode Mei 2022, dan data inflasi dari sisi produsen di Singapura periode Mei 2022.
Halaman 4>>