
Wall Street Ambruk Lagi, Waspadalah!

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street kembali ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa kemarin, menghapus kenaikan sebelumnya karena pasar gagal mempertahankan rebound dari posisi terendah selama pasar bearish.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,56% ke posisi 30.946,99, S&P 500 ambruk 2,01% ke 3.821,55, dan Nasdaq Composite anjlok 2,98% ke 11.181,54.
Merosotnya kembali tiga indeks utama di Wall Street terjadi setelah data ekonomi yang dirilis kemarin cenderung mengecewakan.
Indeks keyakinan konsumen (IKK) AS versi Conference Board (CB) jatuh ke angka 98,7 pada bulan ini, dari sebelumnya pada bulan lalu di angka 103,2 pada Mei, meleset dari perkiraan Dow Jones 100.
Data IKK yang lemah disebabkan oleh kekhawatiran resesi yang telah meningkat akhir-akhir ini karena bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mencoba untuk memerangi lonjakan inflasi dengan menaikan suku bunga acuannya secara agresif.
Conference Board juga mengatakan bahwa ekspektasi inflasi 12 bulan untuk survei kepercayaan konsumen berada di angka 8% pada Juni 2022, menjadi yang tertinggi sejak Agustus 1987.
"Saat ini kita berada pada titik belok dalam ekonomi, di mana pengeluaran aktual dan aktivitas ekonomi masih positif, namun kepercayaan konsumen dan kondisi keuangan (terutama suku bunga) menunjukkan perlambatan ke depan," kata Chris Zaccarelli, kepala investasi Independent Advisor Alliance, dikutip dari CNBC International.
"Jika kita dapat menghindari resesi maka pasar saham cukup dihargai, namun jika kita masuk ke dalam resesi maka kita akan mengharapkan bahwa posisi terendah untuk tahun ini belum menyentuhnya," tambah Zaccarelli.
Wall Street keluar dari kerugian moderat dari sesi sebelumnya. Investor masih mencari apakah pasar sudah mencapai bottom-nyadan berharap pembalikan arah (rebound) pada pekan lalu bertahan, meskipun tampaknya tidak ada katalis positif yang jelas untuk mendukung pasar rebound.
"Salah satu panggilan yang lebih sulit dalam bisnis ini adalah mengevaluasi perbedaan antara rebound di pasar bearish dengan awal kenaikan yang lebih tahan lama," tulis Chris Verrone, analis teknis di Strategas, dilansir dari CNBC International.
Saham sektor ritel di AS setelah rilis data IKK versi CB. Saham Bath & Body Works ambles 5,8%, sedangkan saham Lowe's ambrol 5,2%, sementara saham Home Depot dan Macy's masing-masing tergelincir lebih dari 4%.
Tak hanya saham sektor ritel saja, saham teknologi juga ambruk dan membebani indeks Nasdaq kemarin, di mana saham Nvidia ambles 5,3%, saham Advanced Micro Devices ambruk 6,2%. Sedangkan saham Marvel drop 4,9%.
Namun untuk saham Qualcomm justru bergerak sebaliknya yakni melesat 3,5%, setelah seorang analis memperkirakan Apple akan menggunakan modemnya untuk iPhone di tahun 2023.
Sementara itu, saham produsen sepatu, pakaian, dan alat-alat olahraga Nike ambruk hingga 7%, setelah perusahaan itu merilis proyeksi pendapatan yang lebih lemah dari perkiraan untuk kuartal saat ini.
Nike mengatakan bahwa pihaknya melihat pendapatan datar hingga sedikit naik untuk kuartal pertama fiskal dibandingkan tahun sebelumnya dan pendapatan dua digit yang lebih rendah di tahun 2023, karena terbebani oleh kondisi pandemi Covid-19 di China.
Pada Selasa kemarin, China resmi melonggarkan pembatasan Covid-19 untuk pelancong mancanegara yang datang, dengan memangkas waktu karantina mereka pada saat kedatangan hingga setengahnya menjadi hanya tujuh hari saja di pusat kesehatan darurat.
Hal ini memberi dorongan bagi saham perjalanan dan kasino. Saham Wynn Resorts dan Las Vegas Sands masing-masing melesat 3,2% dan 4%. Saham maskapai awalnya bergerak lebih tinggi tetapi kemudian berbalik arah karena pasar berubah negatif.
Saham Disney awalnya terangkat merespons kabar baik tersebut, setelah perusahaan mengumumkan Shanghai Disneyland akan dibuka kembali minggu ini. Tetapi, saham berbalik ke zona merah jelang penutupan perdagangan kemarin.
Halaman 3>