
Kabar dari Wall Street dan BI Bikin Happy, IHSG Berseri Lagi?

Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan, optimisme membaiknya perekonomian domestik, ambruknya sejumlah komoditas, dan kekhawatiran resesi masih menjadi latar belakang yang membayangi pergerakan pasar hari ini.
Keputusan BI mempertahankan suku bunga acuan diharapkan bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan optimis perekonomian Indonesia bisa menembus 4,8-5,3% pada kuartal II tahun ini. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan melewati pencapaian kuartal I-2022 yang tercatat 5,01%.
Sementara itu, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada keseluruhan tahun ini akan mencapai 4,5-5,3%.
"Untuk kuartal II-2022, kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi di 4,8-5,3%. Tren bagus dengan konsumsi meningkat, produksi meningkat, investasi tumbuh tinggi, dan ekspor tinggi. Ini menggembirakan," tutur Sri Mulyani, dalam jumpa pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).
Suku bunga BI yang tetap dijaga 3,5% juga diharapkan bisa berdampak positif ke perusahaan yang bergerak di sektor keuangan, kosnumer primer, dan otomotif.
Dengan tidak ada kenaikan bunga maka penjualan rumah dan kendaraan serta konsumsi rumah tangga diharapkan meningkat.
William Surya Wijaya, CEO dari PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, memperkirakan IHSG masih berpotensi menguat hari ini.
"IHSG terlihat masih betah berada dalam rentang konsolidasi wajar dengan peluang tekanan yang sudah cukup terbatas, namun potensi gejolak terhadap harga komoditas akan dapat memberikan sentimen terhadap pola gerak IHSG dalam beberapa waktu mendatang," tutur William dalam analisanya.
Harga komoditas terus melemah hingga membuat saham sektor energi anjlok 1,57% pada perdagangan IHSG kemarin. Rontoknya harga komoditas bisa berdampak kepada perdagangan IHSG hari ini mengingat banyak emiten besar yang merupakan perusahaan berbasis komoditas.
Harga nikel, tembaga, timah di pasar internasional terus bergerak melemah bahkan mencapai posisi terendah. Lockdown di China dan prospek ekonomi global yang memburuk menjadi faktor utama ambruknya harga komoditas pertambangan.
Harga nikel dunia yang sempat menyentuh harga tertinggi US$ 48.000/ton saat ini merosot ke level 24.000-an. Pada Kamis Rabu (22/6/2022) harga nikel berada di US$ 24.389/ton, turun hampir 6% kemarin dan anlok 11,9% selama sebulan.
Harga timah juga jeblok 2,3% ke posisi US$ 29.054 per ton kemarin. Harganya anjlok 40% dari harga puncaknya di US$ 48.650/ton yang dicapai pada 8 Maret 2022.
Harga minyak pun setali tiga uang dan terus ambruk dalam dua hari terakhir.
Laju IHSG juga masih ditopang oleh pembagian divididen sejumlah perusahaan besar terutama di sektor pertambangan.
PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) akan membayar dividen senilai Rp 7,91 triliun atau Rp 688, 52 per saham. Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada 3 Juni 2022 untuk pasar reguler dan 7 Juni untuk pasar tunai.
PT Timah Tbk.(TINS) akan membayar dividen senilai Rp 455,99 miliar atau Rp 61,22 per saham. Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada 3 Juni 2022 untuk pasar reguler dan 7 Juni untuk pasar tunai.
PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk. (AMRT) akan membayar dividen senilai Rp 779,83 miliar atau Rp 18,78 per saham. Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada 6 Juni 2022 untuk pasar reguler dan 8 Juni untuk pasar tunai.
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.(INTP) akan membayar dividen senilai Rp 1,79 triliun atau Rp 500 per saham. Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada 6 Juni 2022 untuk pasar reguler dan 8 Juni untuk pasar tunai.
(mae)