Newsletter

Ada 'Hantu' Resesi Saat Pasar Menanti Rapat BI, IHSG Sepi?

Maesaroh, CNBC Indonesia
23 June 2022 06:20
Bank Indonesia
Foto: AP/Courtney Crow

Kabar buruk dari Wall Street bisa menular kepada pergerakan IHSG hari ini. Melemahnya IHSG kemarin juga menunjukan masih adanya kekhawatiran pelaku pasar mengenai memburuknya ekonomi. Pernyataan Powell mengenai kemungkinan resesi akan dicermati pelaku pasar dalam negeri.

Namun, perhatian pelaku pasar hari ini akan tertuju kepada Rapat Dewan Gubernur (RDG). Setelah The Fed dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE) menaikkan suku bunga pekan lalu, pasar kini menebak-nebak kemana arah kebijakan BI.

BI akan menggelar konferensi pers pada pukul 14:00 WIB hari ini. Meski belum mengumumkan kebijakan, sinyal kuat untuk mempertahankan suku bunga sudah dikeluarkan Gubernur BI Perry Warjiyo.

Perry menegaskan sikap kebijakan moneter akan diarahkan ke pro-stability. Sementara itu, kebijakan makro-prudensial BI akan diarahkan kepada pro-growth.

"Kebijakan moneter akan terus pro-stability. Dengan inflasi yang rendah, kita tidak perl terburu-buru untuk menaikkan suku bunga," tutur Perry, dalam acara Bank Dunia bertajuk Indonesia Economic Prospects: Financial Deepening for Stronger Growth and Sustainable Recovery, Rabu (22/6/20222).

Perry juga menegaskan bahwa BI tidak perlu terburu-buru menaikkan suku bunga karena inflasi masih terkendali yakni 4,2% pada tahun ini.

"Inflasi kemungkinan di 4,2%. Inflasi menjadi tantangan besar tetapi kami percaya dengan kerja sama yang erat dengan pemerintah, kami bisa menjaga stabilitas harga," imbuhnya.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia juga menunjukkan kubu MH Thamrin akan menahan suku bunga pada bulan ini. Keyakinan akan menahan suku bunga didasari pada fakta inflasi Indonesia masih terkendali. Suku bunga acuan BI sebesar 3,50% sudah bertahan sejak Februari 2021.

Menurut sejumlah lembaga yang mengikuti konsensus, keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik untuk kelompok tidak mampu menjadi buffer penting bagi laju inflasi Indonesia tahun ini.

"Untuk BI rate kami masih melihat dipertahankan di 3,5% mengingat inflasi inti masih di bawah 3% serta harga pertalite yang tidak jadi dinaikkan," tutur ekonom Bank Danamon Irman Faiz, kepada CNBC Indonesia.

Selain kebijakan suku bunga, pasar kini juga menunggu kebijakan moneter atau makro-prudensial lain yang mungkin dikeluarkan BI.

Pasalnya, Perry berkali-kali menyebutkan bahwa suku bunga bukanlah satu-satunya kebijakan moneter. BI bisa menempuh cara lain untuk menjaga stabilitas ataupun mengurangi likuiditas di pasar seperti kenaikan giro wajib minimum (GWM).




Sentimen dari RDG akan berpengaruh terhadap pergerakan saham hari ini. Perlu dicermati pergerakan saham perbankan dan properti mengingat emiten sektor tersebut bisa dipengaruhi oleh keputusan BI.

Jika BI menaikkan suku bunga, permintaan kredit akan terpengaruh termasuk di sektor properti.

Menarik disimak juga saham sektor energi. Amblasnya harga minyak mentah dunia bisa mempengaruhi gerak emiten energi.

William Surya Wijaya, CEO dari PT Yugen Bertumbuh Sekuritas, memperkirakan IHSG akan tertekan pada hari ini. IHSG masih dibayangi oleh beberapa faktor diantaranya sentimen penetapan suku bunga acuan dalam rapat dewan gubernur, volatilitas market global dan regional serta volatilitas harga komoditas.

"Di sisi lain, penopang pergerakan IHSG masih berasal dari kondisi kestabilan perekonomian dalam negeri dan mulai berputarnya roda perekonomian dalam negeri. Hari ini IHSG berpotensi tertekan," tutur William, dalam analisanya.

Laju IHSG juga masih ditopang oleh pembagian dividen sejumlah perusahaan.
PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS) akan membayar dividen senilai Rp 11,24 miliar atau Rp 30 per lembar saham.
Tanggal batas terakhir terdaftar sebagai penerima dividen alias cum date pada tanggal 31 Mei Juni 2022 untuk pasar reguler dan negoisasi sementara untuk pasar tunai pada 6 Juni 2022.

(mae)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular